Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_20251223_100720.jpg
Bedah buku sejarah Bandung Zoo. IDN Times/Debbie Sutrisno

Intinya sih...

  • Buku "Taman Menjadi Kebun Binatang" mengulas sejarah Bandung Zoo

  • Bandung Zoo bukan kebun binatang pertama di Kota Bandung, tetapi merupakan upaya penyelamatan hewan

  • Penulis Yudi Hamzah berharap buku ini menjadi sumber referensi baru bagi warga Bandung

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Di tengah gonjang-ganjing persoalan sengketa Bandung Zoo, penulis Yudi Hamzah meluncurkan buku berjudul "Taman Menjadi Kebun Binatang". Buku ini mengulas mengenai kebun binatang Bandung dari awal pendirian hingg sekarang yang dikelola Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT).

1. Berawal dari niatan selamatkan binatang

Bandung Zoo. Dok Humas Pemkot Bandung

Dalam buku ini Yudi menuturkan bahwa Bandung Zoo yang sekarang berdiri sebenarnya bukanlah kebun binatang pertama di Kota Bandung. Sebelumnya ada tempat serupa di daerah Dago dan Cimindi.

Namun, karena sejumlah permasalahan akhirnya kedua kebun binatang ini harus gulung tikar. Akhirnya masyarakat Bandung dari berbagai kalangan mendirikan Bandung Zoological Society.

"Dengan dana sekitar 2.000 gulden, kebun binatang Cimindi dibeli, agar Bandung tetap memiliki kebun binatang. Sebagian area Taman Jubileum Park kemudian dijadikan lokasi kebun binatang, dan satwa-satwa dari Cimindi serta Dago dipindahkan ke sana," ujar Yudi dalam peluncuran bukunya di Dinas Kearsipan Kota Bandung, Selasa (23/12/2025).

2. Sejak awal dikelola oleh yayasan

Bedah buku sejarah Bandung Zoo. IDN Times/Debbie Sutrisno

Dalam tulisan ini dia juga menjabarkan bahwa sejak awal Bandung Zoo tidak dikelola secara perorangan melainkan oleh sebuah lembaga atau yayasan swasta sejak tahun 1933. Dari data yang ditemukannya, Dewan Kota Kementrian saat itu menyiapkan lahan seluas 50 ribu meter persegi di Lembah Sungai Cikapundung.

Informasi ini tercantum dalam artikel surat kabar Preanger Bode edisi khusus ulang tahun Bandung ke-25 yang terbit pada 1 April 1931. Di sana dijelaskan rencana pembuatan taman, lokasi, alasan pemilihan tempat, hingga biaya pembangunan yang awalnya direncanakan sebesar 25 ribu gulden, tapi kemudian disetujui 18 ribu gulden oleh Dewan Kota.

"Semua data ini saya susun berdasarkan arsip koran, surat kabar, dan majalah yang terbit pada masa tersebut. Mudah-mudahan dengan adanya buku ini, sejarah kebun binatang menjadi lebih terang dan jelas. Siapa tahu juga bisa menjadi bagian dari solusi atas persoalan yang sedang dihadapi saat ini, meskipun mungkin tidak secara langsung," kata dia.

3. Jadi kado warga Bandung di akhir tahun

Bedah buku sejarah Bandung Zoo. IDN Times/Debbie Sutrisno

Lewat buku ini, lanjut Yudi, diharapkan menjadi sumber referensi baru bagi warga Bandung, karena sejarah kebun binatang ini didasarkan pada data-data faktual dari koran-koran se-jaman, bukan sekadar cerita lisan. Sekitar seratus arsip koran Yudi gunakan ditambah beberapa foto dan artikel ilmiah.

Mayoritas sumber berasal dari periode Maret 1928 hingga 1957. Bahkan untuk menelusuri keberadaan kebun binatang di Cimindi, saya menemukan artikel tahun 1902 tentang bangkai macan tutul di Stasiun Cimindi. Meski demikian, hingga kini dia belum menemukan data pasti yang membuktikan kebun binatang di Cimindi berdiri pada tahun 1900 seperti yang sering disebut.

Justru data paling kuat menunjukkan kebun binatang pertama di Bandung berada di Dago pada 1928. Berdasarkan iklan dan berita koran, kebun binatang Dago sudah beroperasi secara komersial sekitar akhir 1928 atau awal 1929, dengan koleksi satwa seperti ular, gajah, dan harimau.

Lokasinya diperkirakan berada di seberang jalan masuk Dago Tea House, membentang hingga ke arah Cipaganti dan Cipahut, kawasan yang saat itu masih berupa hutan namun sudah terdapat kampung-kampung tua seperti Elos, Coblong, Cipahut, dan Cisir.

Editorial Team