ilustrasi pilkada (IDN Times/Esti Suryani)
Dari survei ini Deni mengungkapkan adanya persaingan suara yang sangat ketat antara Karna Sobahi dan Eman Suherman. "Kalau kedua tokoh tersebut ikut bersaing dalam pilkada Majalengka maka tidak bisa disimpulkan siapa yang akan menang, setidaknya kalau pilkada diadakan ketika survei dilakukan," kata Deni.
Peluang Karna Sobahi, dijelaskan Deni, menguat jika Eman Suherman tidak ikut bersaing. Misalnya, jika Eman Suherman tidak maju sehingga yang bersaing hanya ada dua nama yakni Karna Sobahi vs Juhana Zulfan, Karna Sobahi mendapat dukungan sekitar 80.7 persen dan Juhana Zulfan 7.7 persen. Sementara yang belum tahu sekitar 11.5 persen.
Deni menjelaskan bahwa kekuatan elektoral tokoh-tokoh tersebut di antaranya terkait dengan tinggi rendahnya popularitas mereka (awareness dan kesukaan).
Karna Sobahi dan Eman Suherman mendapat dukungan paling signifikan karena keduanya merupakan tokoh yang paling banyak dikenal di Majalengka. Warga yang tahu (aware) dengan nama Karna Sobahi sekitar 93 persen, disusul Eman Suherman 78 persen.
Sementara tokoh-tokoh lain kedikenalannya masih lebih rendah: Tarsono D Mardiana 43 persen, Irwan Bola Suryanto 29 persen, Pepep Saeful Hidayat 28 persen, dan nama-nama lainnya di bawah 20 persen.
Di samping awareness, aspek yang sangat penting dalam popularitas adalah tingkat penerimaan terhadap tokoh (disukai oleh yang tahu). Ketika survei dilakukan pada 12-16 Juni 2024.
Karna Sobahi dan Eman Suherman memiliki tingkat kesukaan yang cukup seimbang. Karna Sobahi disukai oleh 90 persen pemilih yang tahu namanya, hampir sama dengan tingkat kedisukaan Eman Suherman 92 persen.
"Secara psikologis, pemilih cenderung akan memilih calon yang dikenal. Tapi dikenal saja tidak cukup. Untuk bisa dipilih, calon juga harus disukai," kata dia.
Deni memperkirakan dukungan kepada calon-calon masih akan dinamis karena waktu pelaksanaan pilkada masih cukup lama (27 November 2024).
"Elektabilitas masing-masing calon masih bisa berubah, tergantung pada intensitas dan efektivitas kerja sosialisasi yang dilakukan hingga pilkada Kabupaten Majalengka diadakan. Jika popularitas mereka (kedikenalan dan kedisukaan) mengalami perubahan, maka elektabilitasnya pun bisa berubah (bisa naik atau turun)," jelasnya.
Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia di Kabupaten Majalengka yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Sampel sebanyak 410 orang dipilih secara acak dengan metode stratified multistage random sampling dengan jumlah proporsional. Toleransi kesalahan (margin of error) survei diperkirakan ±5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Semua responden diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Wawancara responden dilakukan pada 12-16 Juni 2024.