Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Survei: Ridwan Kamil Masih Jadi Kandidat Terkuat di Pilgub Jabar

Ridwan Kamil saat ditemui di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Jumat (31/5/2024) (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Bandung, IDN Times - Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, tiga mantan gubernur yang diperkirakan akan mencalonkan diri kembali yaitu Anies Baswedan di Jakarta, Wahidin Halim di Banten, dan Edy Rahmayadi di Sumatra Utara tidak dipersepsikan oleh publik sebagai kandidat terkuat.

Di Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama justru mendominasi persepsi publik (33,2 persen). Sementara di Banten, Airin Rachmi Diany memimpin (32,8 persen), dan Muhammad Bobby Afif Nasution terkuat di Sumatra Utara (42,1 persen).

Pengukuran persepsi publik ini dilakukan melalui survei Katadata Insight Center (KIC) periode 3-9 Mei 2024. Selain tiga provinsi tersebut, survey dilakukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, dan Sulawesi Selatan.

Survei ini dilakukan dengan menggunakan platform data collection tSurvey yang diklaim mampu menjangkau responden secara akurat dengan memanfaatkan kapabilitas telco data insight Telkomsel.

Survei dilakukan pada tanggal 3-9 Mei 2024. Populasi survei adalah penduduk di delapan provinsi berusia lebih besar dari 17 tahun yang memiliki nomor handphone. Responden survei ini berjumlah 7.864 orang dengan margin of error kurang lebih 1,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Kembali menyoal kepala daerah, berbeda dengan temuan di atas, para mantan gubernur dan satu petahana di lima provinsi itu dianggap paling cocok untuk kembali menjabat.

1. Ridwan Kamil masih kuasai suara di Jawa Barat

Survei KIC tentang Pilkada di Indonesia (IDN Times/istimewa)

Di Jawa Barat, Ridwan Kamil dipersepsikan paling pantas oleh 39,5 persen reponden survei.

Adapun Taj Yasin Maimoen di Jawa Tengah (20,4 persen), Khofifah Indar Parawansa di Jawa Timur (43,3 persen), Andi Sudirman Sulaiman di Sulawesi Selatan dinilai pantas menjadi gubernur (23,8 persen), dan Mahyeldi Ansharullah yang masih berstatus petahana di Sumatera Barat Barat (38,3 persen).

“Temuan tersebut sejalan dengan kepuasan kinerja gubernur, para mantan atau petahana yang dinilai paling pantas menjadi gubernur lagi memiliki nilai kepuasan di atas 80 persen."

"Namun, di tiga provinsi tersebut nilai kepuasan mereka di rentang 50-60 persen,” kata Survey Manager KIC, Satria Triputra Wisnumurti, saat peluncuran dan diskusi Rilis Survei Persepsi Publik Terhadap Pilkada di delapan Provinsi di Jakarta, Kamis (6/6/2024).

2. Ada masyarakat yang belum tahu kapan Pilkada 2024 digelar

foto hanya ilustrasi (IDN Times/Debbie Sutrisno)

Selain persepsi terhadap calon gubernur dan kinerja gubernur, hasil survei memperlihatkan bahwa masih ada sebagian publik yang belum mengetahui pelaksanaan Pilkada 2024. Sebanyak 18,3 persen responden menjawab bahwa pilkada akan berlangsung pada 27 September 2024k dan 19,0 persen menjawab 27 Oktober 2024.

Sedangkan 62,6 persen menjawab benar: 27 November 2024. Dalam hal penggunaan hak pilih, mayoritas (93,4 persen) responden akan mencoblos, menyisakan sebagian kecil (6,6 persen) responden yang tidak akan mencoblos.

Satria mengatakan, survei online pilkada di delapan provinsi yang digelar KIC bertujuan menggali persepsi publik mengenai Pilkada 2024 yang akan datang. Menurutnya, delapan provinsi tersebut dianggap strategis karena biasanya kepemimpinan nasional berasal dari provinsi-provinsi tersebut.

Selain itu, jumlah DPT di delapan provinsi tersebut termasuk yang paling besar sehingga kemenangan pilkada di derah tersebut dianggap mengamankan kemenangan pilpres.

3. Kader partai lebih banyak dipilih, kinerja rekam jejak berpengaruh signifikan

Pemungutan suara Pemilu 2024 di Kota Mataram. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Temuan survei yang tak kalah penting ialah tentang anggota kepartaian kandidat dan personal kandidat. Alasan utama responden memilih kandidat adalah karena personal kandidat (76,6 persen), dan sebagian kecil karena diusung partai pilihan (7,7 persen) dan karena diusung oleh ketua umum partai idola (4,7 persen).

Namun, meskipun alasan utama memilih kandidat bukan karena parpol dan ketum parpol, kandidat yang merupakan kader partai (53,3 persen) paling banyak dipilih. Sedangkan yang bukan kader partai dipilih oleh 41,1 persen.

Pada aspek latar belakang kandidat, kinerja rekam jejak (41,3 persen) paling mempengaruhi pilihan responden. Setelah itu, visi-misi dan program (24,5 persen) serta agama (14,5 persen) pun tak kalah penting bagi seorang kandidat.

Menurut responden, jujur (40 persen) menjadi kualitas diri yang paling harus dimiliki oleh kandidat, diikuti dengan berpengalaman (24,8 persen) dan inovatif (11,8 persen).

4. Isu yang paling mencuri perhatian publik

Survei KIC tentang Pilkada di Indonesia (IDN Times/istimewa)

Satria mengatakan, selain kepartaian dan personal kandidat, kampanye dan isu yang diangkat juga menjadi aspek yang penting dalam mendekati pemilih. Survei ini menemukan bahwa penyediaan lapangan pekerjaan (21,6 persen) menjadi isu yang paling penting untuk disuarakan kandidat.

Selain itu, jaminan kesehatan dan kesejahteraan rakyat (19,5 persen) dan harga bahan pokok yang terjangkau (15,8 persen) menjadi isu yang penting untuk disuarakan kandidat.

Pada aktivitas kampanye, berdialog dengan petani, nelayan dan buruh (21,3 persen) menjadi aktivitas kampanye yang paling menarik perhatian publik. Setelah itu, diikuti dengan aktivitas kampanye mengadakan pelatihan kewirausahaan (19,4 persen) dan mengadakan pasar murah (14,7 persen) juga penting untuk menarik perhatian.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us