Gubernur Sumsel Herman Deru saat meninjau jembatan P6 Lalan yang akan dibangun. (Dok. Pemprov Sumsel)
Dalam SPMB tahap I tahun ini, Disdik Provinsi Jawa Barat mengumumkan dari 373.311 orang pendaftar hanya 210.912 siswa yang diterima untuk jenjang SMA, SMK, dan SLB di Jawa Barat.
Para pendaftar mayoritas memilih sekolah negeri sebanyak 370.115 orang, sementara ke sekolah swasta tercatat hanya 3.196 pendaftar, dan yang diterima 210.912 siswa. Rinciannya; 204.676 di sekolah negeri, 6.236 di sekolah swasta.
Untuk SPMB tahap II akan digelar pada 24 Juni hingga 1 Juli 2025. Di tahap ini, pendaftaran akan difokuskan melalui jalur prestasi, dengan alokasi 30 persen untuk SMA dan 35 persen untuk SMK.
Sementara untuk Sekolah Luar Biasa (SLB), pendaftaran tidak mengacu pada jalur prestasi atau zonasi, melainkan mempertimbangkan kebutuhan khusus calon siswa berdasarkan hasil diagnosa oleh tim ahli.
Di sisi lain, Pemerintah Provinsi Jawa Barat kini tengah berencana meningkatkan jumlah rombongan belajar (Rombel) pada tahun ajaran baru 2025/2026. Hal ini dilakukan untuk memfasilitasi para siswa dari keluarga berpenghasilan rendah tetap diterima di sekolah negeri.
Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Jabar Herman Suryatman mengatakan, rencana ini sudah disampaikan langsung oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi kepada Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti saat pertemuan beberapa hari kemarin.
"Sekarang ada sekolah yang romblenya 36 orang, Menteri memberikan ruang bisa bahkan sampai 50 orang. Kami sedang hitung, dan tentu ini kami dedikasikan untuk anak-anak yang miskin dengan tetap memberikan ruang sekolah swasta," ujar Herman, Kamis (19/6/2025).
Herman menjelaskan, rencana ini masih dalam pembahasan sekaligus menunggu hasil evaluasi secara keseluruhan dari SPMB. Namun yang pasti, Pemprov Jabar ingin memberikan ruang lebih terhadap keluarga dengan penghasilan rendah tetap bersekolah di negeri.
"Administrasinya juga sudah dilayangkan dan setelah itu kami dibimbing oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah untuk tindak lanjut, salah satunya alternatif untuk yang optimasi sekolah negerinya bagi yang miskin dengan penambahan jumlah siswa pada rombongan belajar," ujarnya.