Anak-anak stunting ditangani di Rumah Pelita Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)
Dalam kesempat itu, Kang Ace kembali menjelaskan tentang empat komponen PKH. Pertama komponen kesehatan, ibu hamil, menyusui, dan balita. Kedua, anak sekolah. Ketiga, kesejahteraan lansia, dan keempat diabilitas.
Kang Ace mengatakan, alasan komponen pertama untuk kesehatan ibu hamil, menyusui, dan balita, karena masa itu yang paling menentukan bagi kehidupan rakyat Indonesia. "Kita (Indonesia) ingin lepas dari stunting atau gangguan tumbuh kembang anak akibat kekurangan gizi," kata Kang Ace.
"Angka stunting di Kabupaten Bandung masih cukup besar, 20 persen dari populasi anak-anak. Ibu hamil dan menyusui, itu menentukan masa depan anak," ujar dia.
Menurut Kang Ace, jika ibu hamil mengonsumsi makanan sembaran, tidak bergizi, otomatis akan mempengaruhi pertumbuhan bayi di dalam rahim dan tumbuh kembangnya.
Karena itu, tutur Kang Ace, ibu-ibu penerima PKH, saya minta dibelikan makanan bergizi. Agar melahirkan generasi Indonesia yang berkualitas.
"Di era modern saat ini kalau masih ada yang kekurangan gizi, kualitas bangsa kita akan rendah. Kita tidak ingin tumbuh kembang anak-anak tertinggal karena kekurangan gizi," tutur Kang Ace.
Stunting, kata Kang Ace, bukan sekadar fisik, tetapi juga IQ tidak sempurna, di bawah standard. Nanti ke depan, anak-anak akan sulit memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehingga masa depan suram (madesu).
"Itu tidak boleh terjadi pada anak-anak kita. Tidak boleh lagi di Indonesia, anak-anak kekurangan gizi. IQ-nya jongkok, yang tidak bisa mengikuti pendidikan dan sekolah karena tidak memiliki kemampuan untuk belajar," ucapnya.
Kang Ace menyatakan, berdasarkan penelitian para ahli, 1.000 hari pertama seorang manusia menentukan masa depannya. Sejak di dalam perut hingga usia 2 tahun, betul-betul harus diisi dengan makanan bergizi, pengetahuan, dan pola asuh yang betul-betul terukur.
"Selain anak diberikan makanan bergizi dan ASI, ibu yang menyusui pun harus mendapatkan makanan bergizi," ujar Kang Ace.