Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (IDN Times/Fatimah)
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (IDN Times/Fatimah)

Kota Sukabumi, IDN Times - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menanggapi serius kasus dugaan pencabulan yang dilakukan oleh seorang dokter residen anestesi di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Ia menyebut insiden ini sebagai tamparan keras untuk dunia pendidikan kedokteran di Indonesia.

“Pertama, ini bahan evaluasi. Bagaimana sebuah lembaga pendidikan mengelola, dokter itu kan orang yang sangat dipercaya,” ujar Dedi dalam keterangannya di Kota Sukabumi, Kamis (10/4/2025).

1. Profesi dokter harus diisi orang yang bisa dipercaya sepenuhnya

ilustrasi kekerasan seksual (IDN Times/Aditya Pratama)

Menurut Dedi, dokter adalah profesi yang menuntut kepercayaan penuh dari pasien. Hal ini tak hanya menyangkut tindakan medis seperti pemeriksaan atau operasi, tapi juga menyangkut keamanan dan kenyamanan pasien dalam situasi yang sangat rentan.

“Orang percaya dia mendiagnosa, memberikan obat, buka bajunya untuk diperiksa, sampai telanjang untuk dioperasi. Ini pekerjaan yang butuh kepercayaan penuh,” katanya tegas.

2. Rekrutmen mahasiswa kedokteran perlu diperketat, tes psikologi jadi sorotan

Ilustrasi layanan kesehatan. (IDN Times/Arief Rahmat)

Dedi menyarankan agar proses seleksi masuk Fakultas Kedokteran dievaluasi total, terutama pada aspek tes psikologi. Menurutnya, jangan sampai orang dengan kelainan seksual atau gangguan mental bisa lolos menjadi calon dokter.

“Kalau sekarang muncul dokter punya hasrat biologis ketika praktik, berarti harus dievaluasi rekrutmennya. Tingkat seleksinya harus diperketat. Nggak boleh orang-orang lolos tes psikologi kalau dia punya kelainan seksual atau gangguan mental,” ujarnya.

3. Masyarakat bisa kehilangan kepercayaan pada rumah sakit

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi (IDN Times/Fatimah)

Ia mengaku khawatir jika kasus serupa terulang, masyarakat akan takut untuk datang ke rumah sakit. Dedi menyebut kepercayaan publik terhadap dunia medis bisa runtuh jika oknum-oknum seperti ini tidak ditindak tegas.

“Bagaimana nanti kalau semua orang takut dirawat di rumah sakit? Yang nungguin juga takut. Ini bahaya. Dulu kalau di rumah sakit takutnya aya jurig (ada hantu), kok hari ini dokternya seperti jurig. Nggak juga ya, jurig gak pernah memerkosa,” ujar Dedi, menyindir.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team