Sementara itu, Kepala Sekolah SMA 10 Bandung Ade Suryaman menuturkan, keberadaan siswa dengan nilai lebih kecil yang lolos ke sekolahannya berkaitan dengan kebijakan dari masing-masing instansi. Dia menjelaskan, kuota untuk jalur prestasi raport di SMA 10 hanya untuk 30 siswa, kemudian karena ada jalur prestasi non-akademik yang tidak sesuai maka kuotanya dialihkan ke akademik mencapai 15 kursi.
Enam kursi diperebutkan untuk siswa dengan nilai tinggi, sedangkan sembilan kursi lainnya diberikan sesuai kriteria kebutuhan sekolah. "Kita ada kriteria tertentu di mana dari sekolah dengan rata-rata UN terkecil dan memasukkan data ke SMA 10 bisa masuk," ujar Ade.
Kenapa kriteria ini dipilih, lanjut ade, ini berdasarkan musyawarah mufakat dewan sekolah. Hal itu juga tidak melanggar aturan dari Kemendikbud.
Dengan aturan ini, harapannya siswa dari SMP yang terdekat dan memiliki nilai skor kecil saat memasukkan data ke SMA 10, tapi memiliki nilai besar di antara teman-temannya dari SMP yang sama, bisa masuk ke SMA 10.
Cara ini diyakini bisa membuat pemerataan siswa, sehingga tidak semua yang masuk ke SMA 10 harus memiliki nilail paling besar dengan menilik rata-rata nilai UN di Kota Bandung.
"Intinya ini untuk pemerataan. Kursi ini pun sebenarnya peralihan karena untuk jalur prestasi akademik sebenarnya tidak diubah hanya 30. Sisanya yang peralihan non-akademik baru sesuai kriteria sekolah," pungkasnya.