Menurut Bagus, belum seluruh masyarakat mewaspadai makanan yang hendak mereka beli. Sebenarnya, ada cara mudah untuk menganalisis sebuah makanan mengandung boraks atau tidak.
“Boraks itu sering tujuannya agar makanan jadi mengenyal. Itu pernah kami temui di bakso. Cara identifikasinya, bakso yang mengandung boraks itu kenyal dan alot. Yang tidak mengandung boraks biasanya lebih rapuh,” kata Bagus.
Meski demikian, ia mengatakan bahwa identifikasi sederhana itu tak bisa memastikan sebuah makanan mengandung boraks atau tidak. Untuk membuktikannya, kata Bagus, ialah dengan menggunakan test kit guna identifikasi awal. Setelah itu, makanan perlu dibawa ke laboratorium, baru bisa dipastikan kandungannya.
Sebenarnya, boraks merupakan salah satu dari empat penyalahgunaan bahan berbahaya pada makanan yang kerap ditemui BBPOM. Selain boraks, ada pula Rhodamin B (pewarna merah untuk tekstil), metanil yellow (pewarna kuning untuk tekstil), dan formalin.
“Kami mohon kepada masyarakat agar selalu mencermati warna makannya. Kalau ada jajanan berwarna merah lebih mencolok dari biasanya, itu bisa jadi mengandung Rhodamin B. Karena tujuan dari penggunaan Rhodamin B ialah agar warna makanan semakin menarik,” katanya.
Imbauan yang sama bagi metanil yellow, yang kerap disalahgunakan untuk memberi warna kuning pada makanan.
Sementara formalin, lanjut Bagus, biasanya dipakai para pedagang bandel untuk mengawetkan makanan. “Kami pernah menemukan tahu yang mengandung formalin. Biasanya dapat diketahui dari baunya yang menyengat, kemudian tahu tersebut akan lebih awet dari biasanya jika disimpan dalam suhu ruangan. Biasanya juga tahu tidak dihinggapi lalat,” tutur dia.
Sementara untuk produk pangan olahan (kemasan), tip mengidentifikasi keamanannya cenderung lebih mudah. BBPOM kerap menyebutnya dengan singkatan Cek KLIK, akronim dari cek kemasan, label, izin edar, dan kadaluarsa.