Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi fertilisasi in vitro atau bayi tabung (dphx.org)
ilustrasi fertilisasi in vitro atau bayi tabung (dphx.org)

Intinya sih...

  • Pasangan yang belum punya anak setahun setelah menikah sebaiknya segera periksa kesehatan untuk mengetahui apakah ada masalah medis yang membuat sulit memiliki anak.

  • Sebagian besar pasangan bisa memiliki anak dalam waktu satu tahun setelah menikah, namun program bayi tabung menjadi opsi jika pasangan mengalami kesulitan.

  • Program bayi tabung tidak selalu mahal, RSIA Graha Bunda menawarkan program ini mulai dari Rp45 juta dengan memperhatikan berbagai aspek dan kondisi peserta.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Memiliki anak menjadi idaman banyak pasangan suami istri. Buah hati yang selalu dinanti diyakini bisa membuat sebuah keluarga semakin harmonis.

Namun, saat ini tidak sedikit pasangan suami istri yang sudah menikah belum mempunyai anak hingga beberapa tahun. Berbagai hal bisa menjadi penyebab termasuk hal medis pada laki-laki maupun perempuan.

Untuk mengatasi persoalan susah punya anak, program bayi tabung bisa menjadi salah satu pilihan pasangan. Lantas bagaimana idealnya pasangan ikut program tersebut? Berikut tipsnya

1. Lebih cepat periksa kesehatan

Diskusi program bayi tabung. IDN Times/Debbie Sutrisno

Dia menuturkan, pasangan yang sudah setahun menikah dan perempuannya di bawah umur 35 tahun idealnya sudah bisa memiliki anak setelah setahun menikah. Terlebih jika mereka memang rutin melakukan hubungan intim dan menjaga kesehatan.

Ketika sudah setahun tapi belum punya anak juga, mungkin sudah waktnya memeriksakan kesehatan lebih dulu untuk tahu apakah ada persoalan medis yang memang membuat pasangan tersebut masih sulit dikaruniai buah hati.

"Jadi jangan terlalu lama menunggu. Karena untuk wanita khususnya yang di bawah 35 tahun dan sudah menikah lebih dari setahun ketika tidak punya anak bisa karena masalah infertilitas," kata Kepala Klinik di Graha Bunda, Dr. dr. Hartanto Bayuaji, SpOG. Subsp. Fer usai diskusi kesehatan bertema "Penanganan Uroginekologi Estetika dan Penganagan Infertilitas Terkini di Bandung, Minggu (14/9/2025).

2. Hampir 90 persen pasangan setahun menikah bisa punya anak

ilustrasi proses pembuatan bayi tabung (hopkinsmedicine.org)

Menurutnya, dari data WHO menunjukkan bahwa pasangan suami istri di mana wanitanya menikah ketika di bawah umur 35 tahun masa kesuburannya masih bagus. Sehingga hampir 90 persen pangan seperti ini bisa memiliki anak tidak lebih dari satu tahun.

Namun, yang jadi persoalan sekarang adalah ketika pasangan belum juga punya anak mereka biasa menyebut bahwa kondisi tersebut belum rezeki. Padahal, secara medis bisa saja ada persoalan yang membuat pasangan tidak memiliki anak.

"Jadi penanganan untuk punya anak termasuk lewat bayi tabung ini tergantung seberapa cepat pasangan itu memeriksakan diri. Karena tidak semua masalah ini harus diselesaikan dengan program bayi tabung, bisa saja cukup tindakan lain yang dijalankan. Jadi jangan khawatir," ungkapnya.

3. Tak harus keluar biaya mahal untuk bayi tabung

ilustrasi prosedur IVF atau bayi tabung (commons.wikimedia.org/ZEISS Microscopy)

Sementara itu, Founder RSIA Graha, Dr.dr Hanom Husni Syam, SpOG, Subsp. Fer, M.Kes, menuturkan bahwa program bayi tabung saat ini angkanya meningkat di berbagai daerah. Khusus di Jawa Barat, sebagai daerah dengan jumlah penduduk tertinggi, tapi peserta yang ikut program ini tidak terlalu banyak.

Salah satu persoalannya karena masyarakat masih menganggap bahwa program ini biayanya mahal bisa sampai ratusan juta. Hal ini yang coba dieliminasi oleh RSIA Grha Bunda dengan menawarkan program bayi tabung mulai dari Rp45 juta.

Meski demikian biaya rendah ini tetap memerhatikan beberapa aspek dan kondisi. Sebab, ada saja tindakan yang harus diambil dan itu bisa menaikkan biaya yang harus dibayar keluarga peserta bayi tabung.

"Misal, ada pasien yang kondisinya normal, ada yang responnya tinggi, ada juga yang responnya rendah. Itu akan pengaruh ke dosis obat dan juga nantinya ke harga. Kalau untuk fasilitas dipastikan tidak akan ada pengurangan," kata Hanom.

Editorial Team