Bandung, IDN Times - Tangan Emanuela bergerak lincah dengan penuh ketelitian, mencurahkan air panas ke atas bubuk kopi yang telah digiling. Di hadapannya, sepasang kekasih duduk bersebelahan, Encep dan Hana, menunggu dengan sabar sembari berbincang. Sesekali Hana merekam gerakan Emanuela menggunakan ponselnya untuk dibagikan di media sosial. Tak menunggu lama, kopi hitam pun segera tersaji di beberapa gelas. Encep, Hana, dan penikmat kopi lainnya langsung mencicipi kopi yang didapat dari penggilingan pabrik Paryoto.
Ema, panggilan Emanula, merupakan barista dari Manual Brew Community (MBC) Bandung. Bersama beberapa temannya, dia menyeduh kopi pada kegiatan Karya Kreatif Jawa Barat (KKJ) di area West Java Tea and Coffee Experience. Siang ini, Minggu (20/7/2025), merupakan hari terakhir kegiatan KKJ 2025 yang diselenggarakan Bank Indonesia Jawa Barat. Di area ini, tampak para penikmat kopi dan teh berkumpul untuk berbincang sembari menyaksikan puncak kompetisi West Java Cup Tosters and Aeropress.
Encep mengatakan, dia datang dari Tasikmalaya bersama rekan-rekannya untuk melihat kompetisi ini. Sebagai seorang penikmat kopi, menyaksikan langsung kegiatan pembuatan kopi seperti ini sangat menyenangkan. Dia juga bisa melihat beragam jenis kopi yang dipamerkan untuk mencari biji kopi apa yang bisa dibeli dan dibuat di rumahnya.
"Anak-anak muda sekarang tuh dari dua tahun ke belakangan mereka tuh udah mulai coba kopi manual brew gini, kalau dulu mungkin banyak ke kopi susu sekarang lebih banyak yang menikmati kopi manual," kata Encep.
Menurut pria 27 ini, menjamurnya penikmat kopi manual di kalangan masyarakat Tasikmalaya sebenarnya bukan hal baru. Sebab, sejak dari dulu juga orang tua sudah lebih banyak minum kopi hitam. Sekarang jumlah orang yang menikmati kopi hitam makin banyak karena cita rasa kopi berkembang, tidak hanya yang hitam pekat saja, sekarang sudah ada yang memiliki rasa dan wangi tertentu.
"Bukan cuman kopi hitam biasa, sekarang tuh kan banyak varian yang bisa dicoba jadi ga bosen," kata Encep.
Peningkatan penikmat kopi hitam pun dibenarkan oleh Ema. Barista perempuan ini menyebut dengan makin banyak varian dari biji kopi dan cita rasanya membuat lebih banyak masyarakat kembali menikmati sajian kopi tradisional yang dibuat secara modern. Ini terasa dalam lima hingga enam tahun ke belakang di mana peminat manual brew lebih banyak.
Dari cara penanaman hingga pasca tanam, sekarang kopi bisa dibuat memiliki variasi cita rasa tertentu. Misalnya, kopi dengan cita rasa madu, atau buah-buahan tertentu, hingga ketika penyajian yang mencampurnya dengan berbagai bahan membuat kopi manual brew tidak membosankan ketika dinikmati.
"Dengan varian pembuatan dari hulu ke hilir, jadinya bisa keluar (kopi) ada rasa-rasa kaya yang jauh lebih luas dari grape fruit. Jadi yang lain-lain itu jauh lebih kaya. Jadi variannya lebih banyak gitu ya, tinggal kita yang mau bikin seperti apa," ungkap Ema.
Area yang luas dalam perkebunan kopi di Indonesia dan banyaknya perbedaan unsur tanah maupun kondisi alam menjadikan keberadaan varian kopi ini memperluas kemungkinan penjualan. Sebab pecinta kopi bisa mencari berbagai macam jenis kopi dari Indonesia sesuai keinginan mereka.