Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Semerbak Aroma Nusantara: Kopi dan Teh Jawa Barat Tembus Pasar Dunia

WhatsApp Image 2025-07-20 at 5.32.54 PM.jpeg
Barista dari komunitas MBC Bandung, Emanula (kiri) sedang membuatkan kopi bagi Encep dan Hanan (kanan) di area West Java Tea and Coffee Experience, Karya Kreatif Jawa Barat (KKJ) 2025, Minggu (20/7/2025). IDN Times/Debbie Sutrisno
Intinya sih...
  • Kopi manual brew semakin diminati generasi muda
  • Penjualan kopi domestik dan ekspor kopi Indonesia terus meningkat
  • Pemerintah perlu memperkuat ekspor teh, sementara pasar luar negeri masih banyak yang meminta produk dari Indonesia

Bandung, IDN Times - Tangan Emanuela bergerak lincah dengan penuh ketelitian, mencurahkan air panas ke atas bubuk kopi yang telah digiling. Di hadapannya, sepasang kekasih duduk bersebelahan, Encep dan Hana, menunggu dengan sabar sembari berbincang. Sesekali Hana merekam gerakan Emanuela menggunakan ponselnya untuk dibagikan di media sosial. Tak menunggu lama, kopi hitam pun segera tersaji di beberapa gelas. Encep, Hana, dan penikmat kopi lainnya langsung mencicipi kopi yang didapat dari penggilingan pabrik Paryoto.

Ema, panggilan Emanula, merupakan barista dari Manual Brew Community (MBC) Bandung. Bersama beberapa temannya, dia menyeduh kopi pada kegiatan Karya Kreatif Jawa Barat (KKJ) di area West Java Tea and Coffee Experience. Siang ini, Minggu (20/7/2025), merupakan hari terakhir kegiatan KKJ 2025 yang diselenggarakan Bank Indonesia Jawa Barat. Di area ini, tampak para penikmat kopi dan teh berkumpul untuk berbincang sembari menyaksikan puncak kompetisi West Java Cup Tosters and Aeropress.

Encep mengatakan, dia datang dari Tasikmalaya bersama rekan-rekannya untuk melihat kompetisi ini. Sebagai seorang penikmat kopi, menyaksikan langsung kegiatan pembuatan kopi seperti ini sangat menyenangkan. Dia juga bisa melihat beragam jenis kopi yang dipamerkan untuk mencari biji kopi apa yang bisa dibeli dan dibuat di rumahnya.

"Anak-anak muda sekarang tuh dari dua tahun ke belakangan mereka tuh udah mulai coba kopi manual brew gini, kalau dulu mungkin banyak ke kopi susu sekarang lebih banyak yang menikmati kopi manual," kata Encep.

Menurut pria 27 ini, menjamurnya penikmat kopi manual di kalangan masyarakat Tasikmalaya sebenarnya bukan hal baru. Sebab, sejak dari dulu juga orang tua sudah lebih banyak minum kopi hitam. Sekarang jumlah orang yang menikmati kopi hitam makin banyak karena cita rasa kopi berkembang, tidak hanya yang hitam pekat saja, sekarang sudah ada yang memiliki rasa dan wangi tertentu.

"Bukan cuman kopi hitam biasa, sekarang tuh kan banyak varian yang bisa dicoba jadi ga bosen," kata Encep.

Peningkatan penikmat kopi hitam pun dibenarkan oleh Ema. Barista perempuan ini menyebut dengan makin banyak varian dari biji kopi dan cita rasanya membuat lebih banyak masyarakat kembali menikmati sajian kopi tradisional yang dibuat secara modern. Ini terasa dalam lima hingga enam tahun ke belakang di mana peminat manual brew lebih banyak.

Dari cara penanaman hingga pasca tanam, sekarang kopi bisa dibuat memiliki variasi cita rasa tertentu. Misalnya, kopi dengan cita rasa madu, atau buah-buahan tertentu, hingga ketika penyajian yang mencampurnya dengan berbagai bahan membuat kopi manual brew tidak membosankan ketika dinikmati.

"Dengan varian pembuatan dari hulu ke hilir, jadinya bisa keluar (kopi) ada rasa-rasa kaya yang jauh lebih luas dari grape fruit. Jadi yang lain-lain itu jauh lebih kaya. Jadi variannya lebih banyak gitu ya, tinggal kita yang mau bikin seperti apa," ungkap Ema.

Area yang luas dalam perkebunan kopi di Indonesia dan banyaknya perbedaan unsur tanah maupun kondisi alam menjadikan keberadaan varian kopi ini memperluas kemungkinan penjualan. Sebab pecinta kopi bisa mencari berbagai macam jenis kopi dari Indonesia sesuai keinginan mereka.

Permintaan biji kopi terus meningkat

WhatsApp Image 2025-07-20 at 5.34.04 PM.jpeg
Penjualan kopi di acara Karya Kreatif Jawa Barat (KKJ) di area West Java Tea and Coffee Experience. IDN Times/Debbie Sutrisno

Penjualan dan konsumsi kopi di dalam negeri Indonesia memang menunjukkan tren peningkatan yang signifikan, didorong oleh pertumbuhan ekonomi, perubahan gaya hidup masyarakat yang menjadikan kopi sebagai bagian dari rutinitas, serta inovasi dalam industri kopi. Konsumsi kopi domestik diperkirakan mencapai 4,8 juta kantong pada periode 2024/2025, meningkat dari 4,45 juta kantong pada 2020/2021.

Di sisi lain, penjualan kopi dari Indonesia ke luar negeri pun masih tinggi. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor kopi Indonesia pada Kuartal I 2025 telah mencapai 99,6 ribu ton. Amerika Serikat menjadi negara utama tujuan ekspor kopi Indonesia, dengan volume mencapai 16,3 ribu ton, sekitar 16% dari total ekspor nasional.

Upaya mendorong peran kopi dalam peningkatan perekonomian dalam skala daerah juga dilakukan Bank Indonesia (BI). BI berhasil mempertemukan Java Halu Coffee untuk menjalin kerja sama dengan Varion Japan Ltd. senilai 230 ribu dolar AS serta Koperasi Megarmulya Gunung Tilu Coffee dan Emrex Empire Enterprise Malaysia senilai 65,9 ribu dolar AS.

Kepala Perwakilan BI Jabar Muhamad Nur mengatakan, kerja sama penjualan ini bukan hanya sebagai bentuk meningkatkan pendapatan negara melalui ekspor, tapi juga mencari pasar lain di luar Amerika Serikat yang sekarang memberikan tarif impor tinggi pada banyak negara termasuk Indonesia.

"Tantangan ke depan adalah bagaimana Jawa Barat tetap berkontribusi terhadap ekspor, baik ke Amerika maupun negara lainnya. Kami juga mendapat tugas untuk menganalisis dukungan terhadap sektor-sektor yang terdampak penyesuaian tarif ekspor. Di forum ini juga dilakukan penandatanganan kerja sama ekspor ke Jepang dan Malaysia, sebagai upaya diversifikasi pasar ekspor agar kita tidak tergantung pada satu negara saja," ujar Nur dalam kegiatan KKJ Sunda Karsa Fest 2025.

Sementara itu, pemilik Kozi Coffee Rama Adam tak menampik bahwa bisnis kopi sekarang sedang naik daun. Masyarakat dari dalam dan luar negeri lebih banyak mengonsumsi kopi saat ini. Di Kota Bandung saja, jumlah coffee shop sekarang sudah mencapai 2.000 lebih yang artinya penikmat kopi sudah menjangkau banyak kalangan.

Sedangkan pasar luar negeri sekarang juga banyak meminta produk dari Indonesia. Bersaing dengan sejumlah negara, kopi Indonesia masih menjadi salah satu yang dicari karena produknya banyak dan cita rasanya bervariasi.

Yang harus dijaga oleh pemerintah termasuk Bank Indonesia untuk menjaga kopi dalam negeri salah satunya adalah perbaikan di sisi hulu. Persoalan di tingkat petani ini rumit sehingga bisa berdampak pada jumlah produksi atau produk kopinya itu sendiri. Dia pun berharap pemerintah bisa memberikan berbagai bantuan kepada petani agar mereka bisa konsisten menghasilkan kopi baik jumlah maupun rasa.

"Kalau ga ada yang jagain kopi impor ini bisa masuk dengan mudah ke dalam negeri, dan kita susah juga ke luar. Makanya harus jaga agar di tingkat petani bisa konsisten menghasilkan kopinya. Ini jadi pekerjaan rumah bersama agar kopi kita tetap dilirik luar negeri," kata Rama.

Dengan permintaan yang tinggi sekarang, pemerintah memang harus membantu para pelaku industri kopi baik dari hulu dan hilir termasuk dalam menyediakan pembeli luar negeri. Kemudahan akses kepada pembeli diharap bisa meningkatkan penjualan atau memperkenalkan cita rasa yang bervariasi dari perkebunan kopi Indonesia.

Persaingan ekspor teh harus digenjot

WhatsApp Image 2025-07-20 at 5.33.13 PM.jpeg
Seorang Baristea dari OZA Tea, Rafli, tengah menyeduhkan teh untuk pengunjung Karya Kreatif Jawa Barat (KKJ) 2025. IDN Times/Debbie Sutrisno

Tak hanya kopi, produk teh dari dalam negeri pun peminatnya masih tinggi walaupun secara angka ada penurunan. Sebagai negara dengan area perkebunan teh yang luas, Indonesia harus bisa mendorong agar teh bisa bersaing lebih baik di kancah global.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Fajarini Puntodewi menyoroti potensi besar teh Indonesia yang belum tergarap maksimal, terutama dari sisi nilai ekspor dan penguatan merek (branding). Namun di balik potensi teh ini, Indonesia masih tertinggal dalam hal ekspor teh secara global. Meski termasuk dalam tujuh besar produsen teh dunia, posisi Indonesia di ranah ekspor justru terlempar ke peringkat 13.

"Tapi kalau kita bicara ekspornya, kita itu tidak di sepuluh besar. Kita itu berada di peringkat ke-13 negara-negara seperti Polandia, Jepang, Jerman, dan Inggris justru menempati posisi ekspor yang lebih tinggi, meskipun bukan penghasil teh. Hal ini menjadi tantangan bersama," ujar Fajarini.

Dengan potensi ini, Fajarini mengajak para pelaku pemasaran teh nasional, khususnya Indonesian Tea Marketing Association (ITMA) dapat mencari solusi strategis dalam mem-branding teh Indonesia secara efektif. Sebab, dunia saat ini hanya mengenal teh dari Darjeeling dan Sri Lanka, sementara nama teh Indonesia belum terdengar secara global.

"Branding ini yang penting. Ini dunia hanya tahu teh dari Darjeeling ya, kemudian teh Sailen ya dari Sri Lanka. Tapi Indonesian Tea itu pada gak tahu gitu kan," katanya.

Fajarini menyebut bahwa Indonesia memiliki indikasi geografis dan kekayaan varian teh yang besar, namun semua itu akan sia-sia jika tidak disertai strategi pengenalan merek yang tepat. Oleh karena itu perlu ditingkatkan bukan hanya dari segi volume ekspor, tapi nilai produk yang sampai ke pasar internasional.

Adapun kontribusi ekspor teh terhadap total ekspor nasional masih berada di angka 0,06 persen. Dia juga menyinggung soal gap yang terjadi antara harga teh yang dijual di pasar luar negeri dengan keuntungan yang diterima para petani di dalam negeri.

Jumlah Produksi Teh di Indonesia 2008-2023.jpeg
Produksi teh di Indonesia. IDN Times/Debbie Sutrisno

Gayung bersambut, Board Indonesian Tea Marketing Association (ITMA), Delima Hasri Azahari mengatakan, untuk memperkuat produk teh lokal maka dihadirkan Logo Jatayu Indonesia. Nantinya, logo tersebut akan muncul di berbagai kemasan produk teh sebagai penanda khas bagi konsumen.

"Peluncuran Logo Jatayu Indonesia bukan sekadar seremoni, melainkan langkah strategis untuk memberi ruang bagi produk teh otentik Indonesia. Melalui logo ini, kami ingin memperkuat kesadaran masyarakat bahwa membeli produk teh lokal adalah kontribusi nyata bagi perekonomian nasional," katanya.

Sementara itu, Rafli perwakilan dari OZA Tea menuturkan bahwa produk teh dari Indonesia sebenarnya beragam. Tak berbeda dengan kopi, hasil akhir dari racikan teh pun bisa memiliki banyak varian. Hal itu membuat teh tidak membosankan dan peminatnya pun perlahan meningkat kembali setelah sempat menurun.

Meski masih kalah pamor untuk sekarang dibandingkan Kopi, Rafli optimistis bahwa teh bisa kembali ke jalurnya dan makin diminati masyarakat untuk dikonsumsi sebagai minuman.

"Sekarang sudah banyak yang buka tea house, buat kegiatan bikin teh bareng, sampai pembuatan produk teh yang dicampur remah gitu. Jadi teh sebenarnya tidak kalah bersaing dengan kopi dan bisa makin baik dengan perkebunan teh kita juga luas," ungkap Rafli.

Perkuat identitas budaya dorong perekonomian daerah

WhatsApp Image 2025-07-19 at 5.49.11 PM.jpeg
Kegiatan Karya Kreatif Jawa Barat (KKJ) Sunda Karya Fest 2025. Dok/Istimewa

Pemerintah Provinsi Jawa Barat menargetkan pertumbuhan ekonomi 2025 di angka 5,84 persen. Angka dianggap sebagai target yang menantang. Pada triwulan I 2025, perekonomian Jabar berhasil tumbuh sebesar 4,98% (yoy) termoderasi dari triwulan IV 2024 sebesar 5,02% (yoy). Pertumbuhan tersebut bersumber dari terjaganya konsumsi domestik dan kinerja investasi.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Bapak Doni P. Joewono menuturkan bahwa Bank Indonesia senantiasa mendukung penguatan UMKM sebagai pilar ekonomi daerah dan nasional. KKJ sendiri telah terbukti berhasil mencetak UMKM kelas atas hingga menembus pasar global. Potensi budaya dan alam Jawa Barat sangat besar, sehingga dengan ekosistem yang tepat dapat menjadi kekuatan ekonomi yang luar biasa.

"Kami terus mendorong akses pembiayaan melalui kebijakan likuiditas makropruensial, perluasan pasar, penguatan kapasitas serta digitalisasi," ungkapnya.

Menurutnya, kegiatan seperti KKJ diharap dapat memperkuat peran ekonomi kreatif dan Syariah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang berakar pada kearifan budaya lokal, inklusif, dan berdaya saing.

Sementara itu, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Jawa Barat, Sumasna menilai bahwa Sunda Karsa Fest 2025 yang telah melibatkan partisipasi dari 27 daerah menjadi ruang kolaborasi nyata dalam memperkuat identitas budaya dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Dia menyebut bahwa sektor ekonomi kreatif telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian daerah dalam beberapa tahun terakhir.

"Peran ekonomi kreatif terus meningkat, dengan kontribusi yang tumbuh dari tahun ke tahun mencerminkan dinamika positif dari sektor ini. Sub-sektor kriya, fesyen, kuliner, dan seni pertunjukan tercatat sebagai penyumbang terbesar dalam pertumbuhan ekonomi kreatif Jabar," tambahnya.

Era digital pun telah mengakselerasi peluang bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) kreatif, di mana pertumbuhan transaksi perdagangan elektronik (e-commerce) di Jabar menunjukkan tren yang terus meningkat, menjadikan digitalisasi sebagai sarana utama bagi para pelaku usaha kreatif untuk menembus pasar domestik maupun mancanegara.

Sunda Karya Fest 2025 juga menjadi momentum penting yang berperan sebagai katalisator pertumbuhan sektor kreatif berbasis budaya lokal. Festival tersebut turut memperkuat identitas budaya Sunda sebagai daya saing ekonomi, menjadi wadah bagi pertemuan pelaku kreatif, komunitas budaya dan teknologi digital, serta mendorong terbentuknya ekosistem ekonomi kreatif yang inklusif, berkelanjutan, dan mampu memberdayakan generasi muda.

"Kerja sama yang dijalin menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi lintas sektor mampu menciptakan ruang yang tak hanya kreatif, produktif, juga memberikan dampak nyata bagi pembangunan di Jawa Barat," pungkasnya.

Share
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us