Jakarta, IDN Times- Lebih dari 19 tahun, Kemal Mochtar menghabiskan hidupnya di industri radio. Suaranya begitu akrab mendampingi mereka yang hilir-mudik mengais rezeki di Ibu Kota. Sederhana saja, ia ingin lagu yang diputar dan candaan yang dilontarkan bisa menghibur seluruh penikmat frekuensi analog.
“Karena gue suka ngehibur orang lewat lagu dan juga dengan omongan,” kata penyiar 98.7 Gen FM itu kepada IDN Times.
Tak pernah terbesit dalam benaknya untuk menjajal profesi lain. Baginya, bercuap-cuap ria serta didengar banyak orang adalah passion yang telah mandarah daging sejak dini.
Dia menceritakan bagaimana antena dan mini compo mewarnai hidup Kemal kecil. “Gue pas kecil suka pura-pura jadi penyiar, segala antena itu gue jadiin mic,” kata Kemal, seakan tak ada satu detikpun masa lalu yang ia lupakan.
“Terus di SMA, sekitar tahun 1996-1999, gue juga bikin radio sama teman-teman gue,” kenangnya.
Masa remaja Kemal dihabiskan di sekolah internasional yang terletak di Genewa, Swiss. Sekembalinya ke tanah air, alumni Universitas Trisakti ini dihadapkan dengan berbagai demontrasi. Maklum, era reformasi menuntut mahasiswa untuk melakukan perubahan di luar kelas.
“Akhirnya sering bolos tuh. Gue bingung, ngapain ya. Eh datanglah teman yang nawarin untuk jadi penyiar radio. Nah, di situlah gue pertama kali siaran, radionya itu MTV On Sky 101.6 FM. Kemudian bertransformasi dan sekarang jadi 101.4 Trax FM,” lanjutnya.
Perjalanan panjang Kemal bermula dari upah Rp5.000 untuk setiap jam siarannya. “Terus naik jadi Rp7.500,” ujarnya.
Lambat laun, kecintaannya terhadap radio berhasil mengantarkan Kemal beserta keluarganya untuk keliling Eropa. “Bahkan sampai gue punya rumah,” imbuh dia.
“Kalau gue ditanya, bisa gak hidup dari radio? Nyatanya gue hidup. Lu bayangin, gue bisa nonton konser Westlife empat kali, Fat Boy Slim, ngeliput MTV Awards, sampai liputan bola dan itu semua gratis. Itu semua karena gue yakin sama passion gue,” papar Kemal.