Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times/Wildan Ibnu

Cirebon, IDN Times - Sungai Pengempaan di Kelurahan Kalijaga, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon merupakan sumber potensi banjir saat musim hujan tiba. Pengendapan material diduga menjadi penyebab debit air meluap hingga ke pemukiman penduduk.

Kondisi demikian membuat pemerintah daerah setempat untuk segera melakukan normalisasi sungai dengan cara pengerukan sedimentasi sungai. Dalam waktu dekat, pemerintah Kota Cirebon akan segera mengeruk material tanah dan sampah yang menumpuk di dasar sungai dengan menerjunkan alat berat.

1. Dasar sungai mengalami sedimentasi, potensi penyebab air meluap

IDN Times/Wildan Ibnu

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Cirebon, Syahroni berjanji akan segera menormalisasi Sungai Pengampaan sepanjang 300 meter. Menurutnya, agar bisa mengangkut semua material berupa, kerikil, tanah, hingga sampah yang mengendap dibutuhkan waktu pengerjaan selama tiga hari berturut-turut.

"Diperkirakan akan memakan waktu tiga hari berturut-turut untuk mengangkuti sampah dan tanah yang mengendap. Tentu dalam proses normalisasi akan menerjunkan alat berat eskavator," ujarnya saat dihubungi, Selasa (7/1).

2. Normalisasi sungai solusi mengantisipasi banjir

Ilustrasi petugas kebersihan membersihkan sampah (IDN Times/Wildan Ibnu)

Sementara itu, Wali Kota Cirebon, Nashrudin Azis membenarkan jika sedimentasi di Sungai Pengempaan sudah cukup tinggi. Artinya, normalisasi adalah jalan satu-satunya agar aliran sungai lancar saat debit air meningkat saat musim hujan.

Dia mengatakan, bukan hanya Sungai Pengempaan saja yang mengalami kondisi tersebut. Menurutnya, sungai-sungai besar lain yang ada di wilayah Kota Cirebon pun mengalami sedimentasi yang cukup tinggi.

Salah satu contoh lain adalah Sungai Kedungpane. Sungai dengan lebar hingga 10 meter itu kerap meluap saat hujan deras turun. Parahnya, apabila kondisi laut sedang pasang, maka laju aliran tertahan dan air dari laut meluap ke pemukiman penduduk.

"Normalisasi sungai diperlukan agar air bisa mengalir dengan lancar ke daerah hilir tanpa menggenangi rumah warga. Kemarin saya meninjau sendiri Sungai Kedungpane, “ungkap Azis.

3. Berkoordinasi dengan pihak BBWS Cimanuk-Cisanggarung

Dok. Humas Pemkot Cirebon

Azis menyebutkan, setidaknya ada tiga sungai yang menjadi titik rawan sungai berpotensi menimbulkan banjir. Ketiga titik wilayah dialiri sungai itu adalah daerah Kalijaga, Kedung Pane dan Kriyan.

“Maka dari itu alirannya harus diperlancar agar tidak ada hambatan. Caranya dengan melakukan pengerukan terhadap sedimentasi yang ada di aliran sungai," ujarnya.

Karena pengelolaan sungai merupakan kewenangan dari pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung, wali kota akan segera bertemu dengan pengelola terkait untuk melakukan normalisasi bersama-sama. "Pekan ini saya akan bertemu dengan BBWS yah. Untuk mengatasi masalah ini," kata Azis.

4. Beberapa ruas jalan raya tergenang saat hujan deras

Dok. Humas Pemkot Cirebon

Selain itu, Azis pun mengimbau kepada masyarakat agar senantiasa menjaga lingkungan, terutama aliran sungai untuk tidak membuang sampah rumah tangga. Termasuk dengan tidak menjadikan sungai sebagai tempat sampah besar. Sehingga, ketika debit air sedang tinggi, laju air tidak tersendat dengan tumpukan sampah.

Saat ini, pemerintah pun sedang fokus memantau kondisi saluran drainase di jalan raya. Azis tidak menampik jika beberapa ruas jalan di Kota Cirebon tergenang air saat hujan deras turun. Mengingat, hal itu disebabkan karena terjadinya penyempitan saluran drainase dan tertutupnya lubang air karena sampah.

“Tahun ini segera kami akan normalisasi. Termasuk perbaikan drainase di ruas Jalan Siliwangi dan Jalan Tuparev juga. Satu per satu kami selesaikan, agar Kota Cirebon lebih baik lagi,” tutup Azis.

Editorial Team