(IDN Times/Azzis Zulkhairil)
Lebih lanjut, Herdis membeberkan data di mana dalam tiga bulan terakhir, yakni Mei, Juni, Juli 2025 sejak edaran diberlakukan, potensi kehilangan pesanan sewa bus pariwisata mencapai Rp192,75 miliar dari larangan study tour.
Efisiensi anggaran dari pemerintah yang kini terjadi juga turut berdampak pada berkurangnya perjalanan umum di luar study tour sekolah, yang mencapai Rp310,598 miliar. Para pelaku perjalanan pariwisata juga kini sudah sudah membuat skema agar studi tur tidak lagi membebankan orang tua.
"Kami sudah lakukan upaya, ada dengan cara perbaikan tata cara yang dapat me-reduce biaya kegiatan tersebut agar tidak membebani orangtua siswa. Banyak cara. Sekolah pun sekarang sudah mulai melakukan upaya perbaikan," kata dia.
Sementara, Dedi Mulyadi memastikan tetap teguh pendirian tidak akan mencabut aturan ini lantaran, dirinya menginginkan agar kebijakannya tidak membebankan masyarakat kecil.
Dedi menyimpulkan, kegiatan studi tur selama ini merupakan ajang untuk piknik. Sehingga massa aksi yang meminta larangan dicabut berasal dari jasa kepariwisataan.
"Yang dilarang adalah kegiatan studi tur yang kemudian dengan demonstrasi itu menunjukkan dengan jelas kegiatan studi tur itu sebenarnya kegiatan piknik. Kegiatan rekreasi bisa dibuktikan yang demonstrasi para pelaku jasa kepariwisataan," kata Dedi, Selasa (22/7/2025).
Selanjutnya, Dedi mengatakan, demonstrasi kemarin mendapatkan dukungan dari asosiasi Jeep di wilayah Yogyakarta terutama asosiasi Jeep yang mengangkut wisatawan di Gunung Merapi. Artinya, massa aksi bukan hanya warga Jawa Barat.
"Insya Allah saya Gubernur Jabar akan tetapi berkomitmen menjaga ketenangan orangtua siswa agar tidak terlalu banyak pengeluaran biaya di luar kebutuhan pendidikan," kata dia.
Dedi mengklaim SE larangan studi tur ini tetap diberlakukan karena pemerintah berpihak kepada kepentingan rakyat banyak untuk melangsungkan pendidikan dan mengefisienkan pendidikan dari beban biaya yang tidak ada kaitan dengan pendidikan karakter dan pertumbuhan pendidikan Panca Waluya.
"Mudah-mudahan industri pariwisata tumbuh sehingga yang datang wisata orang luar negeri orang yang punya uang yang memang murni memiliki tujuan kepariwisataan dan memiliki berdasarkan kemampuan ekonomi yang dimiliki," katanya.
"Bukan orang yang memiliki kemampuan pas pasan dengan alasan studi tur dipaksa piknik atau kalau tidak dipaksa anaknya malu di rumah karena tidak ikut piknik," katanya.