Retakan Aktif 100 Meter Ganggu Pencarian Longsor Tambang Gunung Kuda

Cirebon, IDN Times - Operasi pencarian korban yang tertimbun longsor di area tambang Gunung Kuda, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, masih berlangsung dengan tantangan besar.
Tim pencari yang terdiri dari gabungan berbagai unsur menghadapi risiko tinggi karena kondisi geologi kawasan tersebut belum menunjukkan kestabilan.
Menurut laporan dari Inspektur Tambang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), lokasi longsor ternyata berada di wilayah yang memiliki sembilan patahan aktif.
Salah satu yang paling mengkhawatirkan adalah retakan besar sepanjang 100 meter yang masih mengalami pergerakan setiap harinya.
Komandan Kodim 0620 Kabupaten Cirebon, Letkol Inf M Yusron mengatakan, keselamatan personel di lapangan menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, operasi pencarian hanya dilaksanakan di area yang telah dinyatakan aman oleh tim teknis dan ahli geologi.
"Kami tidak bisa mengambil risiko masuk ke area dengan potensi longsor lanjutan. Retakan tanah masih aktif dan pergerakannya terus kami pantau setiap hari,” ujarnya, Rabu (4/6/2025).
1. Perlu strategi di tengah risiko tinggi

Langkah pencarian yang dilakukan tim SAR gabungan berlangsung lamban karena mereka harus ekstra waspada terhadap potensi pergerakan tanah.
Peralatan berat yang seharusnya mempercepat evakuasi belum bisa dimaksimalkan penggunaannya karena dikhawatirkan akan memicu instabilitas tanah di sekitar zona retakan.
Tim yang terlibat dalam operasi ini terdiri dari personel TNI, Polri, Basarnas, BPBD, para relawan, serta warga setempat yang turut membantu dengan segala keterbatasan alat dan sumber daya.
"Situasi medan yang berat semakin memperlambat proses pencarian, ditambah lagi dengan cuaca yang kadang tidak mendukung," katanya.
Koordinasi antar lembaga berjalan intensif setiap hari demi memastikan proses evakuasi tetap berjalan meski lamban. Fokus utama tetap pada pencarian korban tanpa menambah jumlah korban baru dari pihak penyelamat.
2. Keluarga korban menanti di tengah ketidakpastian

Di sekitar lokasi pencarian, posko darurat dipenuhi oleh keluarga korban yang setia menunggu kabar sejak hari pertama kejadian.
Beberapa dari mereka bahkan telah bermalam di posko demi harapan untuk segera mengetahui nasib orang tercinta mereka yang masih belum ditemukan.
Empat penambang masih dinyatakan hilang sejak insiden tragis pada Jumat siang, 30 Mei 2025. Kejadian tersebut terjadi hanya beberapa hari setelah hujan deras mengguyur kawasan tersebut, memicu runtuhnya tebing batu di area penambangan rakyat tersebut.
Adapun keempat penambang yang masih dalam pencarian antara lain Muniah (45 tahun), warga Desa Cikeduk; Heri Santono alias Tono bin Sardiman (60), warga Desa Cipanas; Dedi Setiadi (47), warga Desa Cikalahang; dan Nurhakiman (51), warga Desa Girinata – semuanya berada di wilayah Kecamatan Dukupuntang.
3. Jumlah korban meninggal meningkat, Tim SAR terus berjuang

Sampai saat ini, jumlah korban meninggal dunia yang telah berhasil dievakuasi mencapai 21 orang. Proses identifikasi terus dilakukan agar seluruh korban bisa dikembalikan ke pihak keluarga untuk dimakamkan secara layak.
Daftar korban meninggal antara lain: Andri (41), Sukadi (48), Sunari (47), Sukendra (7), Dendi Hirnawan (40), Sarwah (36), Rusyaya (48), Rion Firmansyah (18), Rino Ahmad (28), Ikad Budiasro (47), Tini (46), Wastoni Hamzah (25), Warasih (45), Suparta (42), Surani Darya (47), Satria bin Jumiar (44), Sundari (30), Nalo Sanjaya (53), Wahyu Galih (26), Sudiono (51), dan Puji Siswanto (50).
Tim SAR tetap berkomitmen untuk melanjutkan pencarian hingga semua korban ditemukan, meskipun dihadapkan pada medan ekstrem dan potensi bencana lanjutan.