Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
default-image.png
Default Image IDN

Bandung, IDN Times - PT Jakarta Biopharmaticeutical Industry (JBIO) bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) akan melaksanakan uji klinis fase ketiga vaksin Anhui yang bisa digunakan melawan pandemik COVID-19. Sebanyak 4.000 relawan akan diikutsertakan di dua kota berbeda, yakni Bandung dan Jakarta.

Peneliti utama uji klinis fase III vaksin rekombinan COVID-19 Anhui, dr. Rodman Tarigan mengatakan, relawan yang ikut serta dalam pengujian ini akan diminta tidak ikut dalam vaksinasi COVID-19 yang tengah dijalankan secara serentak oleh pemerintah. Komitmen tersebut bakal disampaikan saat mereka mendaftar menjadi relawan.

"Setiap uji klinis ini relawan kan sukarela tidak ada unsur paksaan. Setelah mendapat penjelasan, relawan tersebut berkomitmen dengan apa yang ditandatangani saat akan ikut dalam uji klinis," ujar Rodman dalam konferensi pers, Selasa (2/3/2021).

Mereka yang uji klinis pun diharap bisa mengikuti uji klinis vaksin Anhui sampai akhir pengujian. Pihak PT JBIO sendiri telah mempersiapkan langkah jika ada relawan yang kemudian berpaling.

1. Tidak akan mengganggu pemerintah dalam vaksinasi COVID-19

Default Image IDN

Presiden Direktur PT Jakarta Biopharmaticeutical Industry (JBIO) Mahendra Suhardono menuturkan, pencarian relawan uji klinis ini akan diupayakan menyasar mereka yang bukan prioritas penerima vaksinasi oleh pemerintah. Sebab, saat ini pemerintah pun tidak mewajibkan seluruh masyarakat mendapat vaksin.

"Apalagi suplai vaksin ini sedikit. Maka kita tetap akan sejalan dengan program (vaksinasi) pemerintah. Kita juga sudah bekerja sama dengan Kemenkes dan pemerintah daerah," kata Mahendra.

2. Siap bersaing dengan vaksin pabrikan lainnya

Default Image IDN

Terkait dengan keterlambatan dalam uji klinis dibandingkan vaksin COVID-19 lainnya yang sudah beredar, Mahendra menyebut bahwa tidak ada istilah terlambat dalam menghasilkan vaksin. Terlebih proses antara vaksin Anhui dengan beberapa vaksin lainnya berbeda.

Ketika vaskin lain menggunakan virus yang dimatikan, Anhui justru mencari cara lain yakni vaksin rekombinan atau subunit protein. Artinya, platform vaksin ini diambil dari spike glikoprotein atau bagian kecil virus yang akan memicu kekebalan tubuh saat disuntikan ke tubuh manusia.

"Bersaing jelas bersaing. Tapi ini lebih ideal karena sekarang semua vaksin juga masih terbatas. Jadi bisa bersamaan digunakan," kata dia.

3. Vaksin COVID-19 ini diklaim bisa lebih bagus dari vaksin yang sekarang beredar

ilustrasi vaksin COVID-19 buatan Sinovac (Dok. Sinovac)

Mahendra Suhardono mengatakan, setiap orang yang menggunakan vaksin Anhui harus mendapat tiga kali suntikan. Hal ini diklaim memberikan efek lebih baik dan jangka panjang terhadap COVID-19 dibandingkan vaksin lain yang hanya dua kali penyuntikan, seperti Sinovac.

Dia menjelaskan, penggunaan vaksin dengan dua kali suntik bisa saja menurun efeknya ketika pandemik masih panjang. Jika terjadi hal tersebut, maka masyarakat membutuhkan kembali penyuntikan vaksin.

Sedangkan dengan penggunaan vaksin Anhui, kekebalan yang timbul lebih baik dan tahan lebih lama. "Kami akan uji klinis fase III, dan ini akan bermanfaat bagi pemerintah. Sekarang vaksin masih terbatas, harapannya pemerintah Indonesia bisa mendapat kepastian vaksin," kata dia.

Editorial Team