Punya Cadangan Besar, Indonesia Berpeluang Tingkatkan Produksi Nikel

Bandung, IDN Times - Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA) nikel. Cadangan yang melimpah membuat produksi nikel dari Indonesia masih bisa ditingkatkan.
Hal ini disampaikan Direktur Health, Safety, and Environment (HSE) PT Harita Nickel Ir. Tonny Gultom, saat memberikan kuliah umum di kampus Universitas Padjadjaran (Unpad). Dia menyebut bahwa saat ini Indonesia menjadi negara penghasil nikel terbesar di dunia. Oleh karena itu, Indonesia menjadi incaran berbagai negara yang membutuhkan nikel untuk memproduksi alat elektronik.
“Negara-negara maju, (seperti) Amerika, Eropa, itu akan melirik ke negara kita. Itulah kenapa saya bilang Indonesia itu jadi perhatian dunia. Kalau kita berbicara mobil listrik, (mereka) akan membutuhkan bahan bakunya dari kita,” kata Tonny dalam kuliah umum “Dinamika Industri Nikel di Era Keberlanjutan: Tantangan, Peluang, dan Prospek Karier” dikutip dari siaran pers unpad.ad.id, Minggu (17/12/2023).
1. Sumber nikel tersebar di banyak daerah

Menurutnya, persebaran cadangan nikel di Indonesia kebanyakan berada di wilayah timur, dimulai dari Sulawesi, Maluku, hingga Papua. Kawasan dengan cadangan tertinggi sekarang berada di Sulawesi Tenggara yang disebut sebagai gudangnya nikel.
Ini menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk terus meningkatkan produksi nikelnya. Sebab, produksi barang tambang seperti nikel juga bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan ekonomi negara.
“Ini (pengolahan nikel) menjadi penggerak ekonomi dari timur. Kalau bicara pertumbuhan ekonomi, saat ini, pertumbuhan ekonomi yang paling besar itu ada di Maluku Utara. Kontribusi (ekonomi) terbesar di Maluku Utara salah satunya adalah proses pengolahan ini (nikel). Ini memberikan kontribusi kepada provinsi yang menyumbang kepada Republik Indonesia,” ungkap Tonny.
2. Penambangan nikel jangan menggangu proses pembangunan berkelanjutan

Tonny menjelaskan, proses penambangan nikel perlu memperhatikan aspek-aspek lain. Itu dibutuhkan agar proses penambangan nikel tidak mengganggu proses pembangunan berkelanjutan. Salah satu aspek yang wajib diperhatikan adalah aspek lingkungan.
“Kewajiban kami, kalau tanah itu sudah habis ditambang, ya, harus direklamasi,” tambahnya.
Sementara itu, Community Affairs General Manager PT Harita Nickel Latif Supriadi, mengatakan, selain aspek lingkungan, aspek sosial juga perlu diperhatikan oleh perusahaan. Untuk itu, semua perusahaan tambang, termasuk PT Harita Nickel, memiliki program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk membantu dan memberdayakan masyarakat di area sekitar tambang.
“Di sana (area tambang nikel Pulau Obi), kita juga lakukan pengembangan UMKM. Kemudian, ada pengobatan gratis dan kita juga siapkan ambulans laut. Di (bidang) pendidikan, kita juga siapkan sekolah,” kata Latif.
3. Banyak negara tergantung dengan nikel dari Indonesia

Dunia diramal akan bergantung pada Indonesia dalam memenuhi rantai pasok nikel mulai 2030. Sebab, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM, Nurul Ichwan mengatakan, saat itu sisa cadangan nikel dunia mayoritas berada di Indonesia.
"Dikatakan oleh para ahli secara global, di tahun 2030, tidak ada satupun negara di dunia ini yang mereka punya teknologi tentang EV (kendaraan listrik), mereka bisa menghindar dari kepentingannya untuk berkolaborasi dengan Indonesia," kata dia dalam acara BNI Investor Daily Summit 2023 beberapa waktu lalu.
Ichwan mengatakan, pada 2030, 20 hingga 30 persen pasokan nikel global berasal dari Indonesia. Dengan posisi tersebut, Indonesia punya keyakinan bisa bertahan sebagai pemain global
"Menjadi pendukung bagi negara-negara pemilik kapital dan pemilik teknologi untuk berkolaborasi bersama-sama kita," tuturnya.