Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Program Pilah Sampah di Bandung Tak Optimal dari Hulu ke Hilirnya

Ilustrasi tumpukan sampah plastik produksi rumah tangga (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Bandung, IDN Times - Kota Bandung masih berkutat dengan persoalan sampah. Minimnya pemilihan sampah yang dilakukan warga dari rumah hingga pemilihan di tempat pembuangan sementara (TPS) membuat sampah yang ada sebagian tidak bisa dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) Sarimukti, di Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Alhasil saat ini sebagian sampai dari Kota Bandung harus dibuang ke TPA Pasir Bajing di Kabupaten Garut. Ini dilakukan agar tidak ada penumpukan sampah di TPS Kota Bandung yang bisa menjadikannya lautan sampah seperti dulu kala.

Pengamat kebijakan publik dari Univesitas Parahyangan (Unpar), Kristian mengatakan bahwa berbagai program yang dilakukan Pemkot Bandung untuk mengurangi timbunan sampah masuk ke TPS belum berdampak nyata. Sebab, pada praktiknya tidak mudah untuk mengedukasi masyarakat melakukan pemilihan sampah.

" Padahal situasi permasalahan sampah di Kota Bandung sudah terbilang kompleks. Jadi kalau dari sisi efektivitas maka program ini belum sepenuhnya berhasil untuk mencapai tujuan yang ditetapkan," kata Kristian saat dihubungi, Minggu (5/1/2025).

1. Pemilihan sampah baru terjadi di sedikit wilayah

Ilustrasi Memilah Sampah (Pexels.com/ Cottonbro)

Krisitian menyebut bahwa program pemilihan sampah sudah ada yang berhasil di beberapa rukun warga. Namun, angkanya masih sedikit dibandingkan wilayah yang tidak memilih sampah. Karena ketidakmerataan pemilahan sampah sehingga buangan ke TPS tetap saja banyak.

Selain di hulu seperti rumah tangga yang sulit memilah sampah, di hilir pun masih sedikit TPS yang melakukan pemilihan. Sehingga, meski sampah dari warga sudah dipisah tetapi ketika berada di TPS kembali disatukan ketika dibuang ke TPA.

"Saya rasa pemilahan sampahnya bisa dilakukan namun yang terpenting adalah tindakan pasca pemilahan sampahnya. Harus jelas pengolahannya. Misalnya, yang organik dijadikan pupuk tanaman sedangkan yang organik didaur ulang untuk jadi produk-produk bermanfaat. Hal inilah yang belum sepenuhnya jelas, padahal sirkulasi pengolahan sampah inilah yang harus diperhatikan," kata dia.

2. Pemilihan sampah yang masif bukan hal tidak mungkin

Budidaya maggot di SMP 14 Semarang. (dok. Pemkot Semarang)

Menurutnya, salah satu kendala dalam pengolahan sampah anorganik adalah ketersediaan lahan untuk fasilitas pengolahan sampah. Fasilitas seperti ini termasuk ke dalam kategori NIMBY (Not in My Backyard), di mana penangannnya memang tidak mudah.

Namun, beberapa negara dapat menyelesaikan masalah ini dengan pendekatan yang intensif dibantu kemauan masyarakat yang ikut serta melakukan pemilihan sampah. Kemauan ini pun harus didorong oleh pemerintah melalui komunikasi yang baik.

"Harus ada edukasi juga yang berkesinambungan sehingga warga memang paham cara yang tepat dalam memilih sampah," paparnya.

3. Sampah Bandung harus dibuang sebagian ke Garut

Ilustrasi mendaur ulang sampah (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Pemerintah Kota Bandung mengirimkan ratusan ton sampah per hari ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Pasir Bajing, Kabupaten Garut sejak beberapa pekan kemarin. Pembuangan sampah ini dilakukan sebagai imbas adanya pengurangan ritase pembuangan sampah ke TPAS Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat.

Adapun pengurangan ritase di TPAS Sarimukti ini dilakukan karena sudah overload. Pemerintah Provinsi Jawa Barat meminta agar pemerintah daerah di Bandung Raya yang membuang sampah di Sarimukti, ritase per harinya turut dikurangi. Adapun untuk Kota Bandung dari 170 rit kini dikurangi menjadi 140 rit.Perlu diketahui, satu rit ini sama dengan 10 ton, sehingga total sampah yang harus dibuang oleh Pemkot Bandung ke TPAS Sarimukti jumlahnya mencapai 1.400 ton per harinya.

Pemerintah provinsi juga meminta agar pengurangan ini dapat dilakukan dengan membenahi sistem pengelolaan sampah pemerintah Bandung Raya dari hulu. Beberapa di antaranya dengan memaksimalkan TPS hingga penyelesaian sampah di rumah tangga.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debbie sutrisno
EditorDebbie sutrisno
Follow Us