Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret Istana Negara, Jakarta (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Bandung, IDN Times - Istana Kepresidenan Indonesia di Jakarta dan Bogor baru-baru ini menjadikan perbincangan usai Presiden Joko "Jokowi" Widodo curhat soal bayang-bayang kolonialisme masih terasa selama 10 tahun dirinya tinggal di Istana Bogor.

Curhatan Presiden Jokowi ini disampaikannya saat kegiatan bertemu bersama kepala daerah se-Indonesia di Ibu Kota Nusantara (IKN), Selasa (13/8/2024).

"Jadi kalau Istana kita yang ada di Jakarta, yang ada di Bogor itu adalah istana bekas kolonial yang dulunya dihuni, jadi di Istana Negara itu dihuni oleh Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten," ucap dia.

"Kemudian Istana Merdeka, saya juga kaget, ternyata Istana Negara dan Istana Merdeka itu berbeda, itu dihuni oleh Gubernur Jenderal Johan Wilhelm van Landshark, kemudian yang di Bogor itu ternyata ada Gubernur Jenderal lagi, Gubernur Jenderal Belanda GW Baron Van Imhoff," sambungnya.

Lalu seperti apa kisah dan sekilas sejarah dari Istana Bogor, berikut penjelasannya:

1. Dibangun dan dirancang oleh Gubernur Jenderal van Imhoff

Potret Istana Merdeka, Jakarta (setneg.go.id)

Istana Kepresidenan Bogor terletak di Jalan Ir. H. Juanda No.1, Kelurahan Paledang, Kecamatan Kota Bogor Tengah, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Dari bulan Mei 2015, Presiden Joko Widodo bersama keluarga menempati Istana Bogor, tepatnya di Pavilion Dyah Bayurini.

Melansir dari laman Kementerian Sekertariat Negara (Stneg) Republik Indonesia, Istana yang kini ditinggali Presiden Jokowi ini berdiri di atas tanah berkultur datar, seluas sekitar 28.86 hektar, di ketinggian 290 meter dari permukaan laut.

Istana Kepresidenan Bogor bermula dari pencarian orang-orang Belanda yang bekerja di Batavia (kini Jakarta) terhadap tempat yang ingin mereka huni sebagai tempat peristirahatan. Mereka beranggapan bahwa kota Batavia terlalu panas dan terlalu ramai sehingga mereka perlu mencari tempat-tempat yang berhawa sejuk di luar kota Batavia.

Selain orang-orang Belanda tersebut, Gubernur Jenderal Belanda, G.W. Baron van Imhoff, juga melakukan pencarian seperti itu dan berhasil menemukan sebuah tempat yang baik dan strategis di sebuah kampung, yang bernama Kampong Baroe, pada tanggal 10 Agustus 1744.

Setahun kemudian, pada tahun 1745, Gubernur Jenderal van Imhoff (1745-1750) memerintahkan pembangunan atas tempat pilihannya itu sebuah pesanggrahan yang diberi nama Buitenzorg (artinya 'bebas masalah/kesulitan).

Sang Gubernur sendiri yang membuat sketsa bangunannya dengan mencontoh arsitektur  Blenheim Palace, kediaman Duke of Malborough, dekat kota Oxford di Inggris.

Penamaan Buitenzorg itu termasuk wilayah perkampungan di sekitarnya, yang kini dikenal sebagai  kota Bogor. Namun, hingga jabatannya berakhir dan digantikan oleh Gubernur Jenderal Jacob Mossel (1750-1761), bangunan ini masih belum rampung.

Setelah itu, bangunan mengalami rusak karena pemberontakan perang Banten di bawah pimpinan Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang yang terjadi pada tahun 1750-1754. Bangunan van Imhoff yang sudah rusak berat itu diperbaiki kembali oleh penggantinya dengan tetap mempertahankan arsitekturnya.

2. Sempat dirombak dan terdampak gempa

Editorial Team

Tonton lebih seru di