Produksi Garam Cirebon Melimpah saat Kemarau, Tapi Harga Anjlok

Cirebon, IDN Times - Musim kemarau tahun ini membawa berkah tersendiri bagi petani garam di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Produksi garam di wilayah ini mencatatkan peningkatan signifikan, seiring dengan cuaca yang mendukung proses penguapan air laut secara optimal.
Salah satu petani garam di Desa Kanci, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Suparno mengungkapkan, produksi garam di lahan miliknya tahun ini mencapai dua ton per hektar, naik dari sekira satu ton per hektare pada tahun sebelumnya.
"Musim kemarau kali ini sangat ideal untuk produksi garam. Matahari yang terik mempercepat proses penguapan, sehingga kristal garam cepat terbentuk dan kualitasnya pun lebih baik," kata Suparno di Kabupaten Cirebon, Senin (12/8/2024).
1. Produksi naik tapi harga menurun

Tak hanya Suparno, para petani garam lainnya di kawasan tersebut juga merasakan manfaat serupa. Bahkan, beberapa petani mulai kewalahan dalam menyimpan hasil panen karena produksi yang melimpah.
Akibatnya, harga garam di tingkat petani sempat mengalami penurunan. Saat ini, harga garam sebesar Rp800 per kilogram. Sementara, pada musim hujan mampu mencapai Rp2.500 per kilogram.
Meskipun begitu, kondisi tersebut tidak mengurangi antusiasme petani karena keuntungan tetap bisa diraih berkat volume produksi yang tinggi.
Ia pun meminta pemerintah memberikan berbagai langkah untuk mengantisipasi surplus garam, salah satunya dengan meningkatkan kapasitas gudang penyimpanan dan memperluas pasar penjualan ke luar daerah.
"Pemerintah harus bekerjasama sama dengan industri pengolahan garam agar petani dapat menjual hasil panen mereka dengan harga yang lebih stabil," kata Suwardi, petani garam.
2. Berharap penuhi kebutuhan garam nasional

Suwardi menambahkan, peningkatan produksi garam di Cirebon ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan garam nasional, sekaligus mengurangi ketergantungan impor.
"Dengan melimpahnya produksi garam lokal, kita berharap bisa memenuhi target swasembada garam nasional," tambahnya.
Meski demikian, cuaca ekstrem yang kerap melanda di penghujung musim kemarau menjadi tantangan tersendiri. Para petani garam harus kerja keras menyelesaikan panen sebelum potensi hujan datang yang dapat merusak hasil produksi.
Ia pun meminta pemerintah berkomitmen untuk terus mendampingi petani garam dalam menghadapi dinamika cuaca serta memberikan solusi terbaik untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi garam.
"Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, Cirebon dapat terus menjadi salah satu sentra produksi garam di Indonesia," kata Suwardi.
3. Tagih janji pemerintah pusat selesaikan banjir rob

Petani garam di Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Ismail Marzuki menagih janji pemerintah pusat yang bakal menyelesaikan permasalahan banjir rob yang kerap merusak tambak garam milik warga.
Dua tahun lalu, Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko menyebutkan, siap menangani permasalahan banjir rob di Kabupaten Cirebon.
Menurutnya, banjir rob menjadi salah satu permasalahan gagalnya proses pembuatan garam laut. Pada musim tersebut ia bersama petani lainnya harus menanggung gagal panen.
"Banjir rob membuat penurunan jumlah produksi. Dari 7.500 meter persegi, hanya menghasilkan 7 ton garam. Bahkan pernah hanya lima ton saja," kata Ismail.
Pemerintah pusat mengaku akan melakukan revitalisasi bibir pantai. Bencana banjir rob kerap merusak lahan pertanian garam milik warga.