PP Persis Usulkan Pemerintah Terapkan Kurikulum Berbasis Adab

Bandung, IDN Times - Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis) memberikan usulan adanya kurikulum berbasis adab ke Kementerian Pendidikan Dasar Menengah (Kemendasmen). Ketua Umum PP Persis, KH. Zeze Zaenudin Persis memandang hal ini perlu diterapkan sebagai penyeimbang.
Adapun hal ini disampaikan Zeze Zaenudin saat seminar Nasional Arah Kebijakan Pendidikan dan Kurikulum Pendidikan Nasional yang digelar dalam rangka Grand Launching Musyawarah Kerja Nasional (Musykernas) III Persis, Rabu (20/11/2024).
"Jadi kurikulum ini berbasis kepada penanaman nilai adab. Kami tahu bahwa salah satu dari asas kehidupan berbangsa bernegara kami adalah bagaimana mewujudkan kemanusiaan yang adil dan beradab," ujar Zeze.
1. Keadaban harus lebih dieksplor
Menurutnya, asas mengenai keberadaban perlu dieksplorasi lebih jauh dan diimplementasikan dalam kurikulum adab. Oleh karena itu pemerintah pusat menurutnya harus lebih jauh mengeksplor dari nilai keberadaban ini.
"Sedangkan nilai-nilai keadaban itu sendiri kurang dieksplor, kurang digali sebagai nilai dasar dari perumusan kurikulum dan sistem pendidikan kita," katanya.
2. Proses pembelajaran harus memberikan pengalaman yang kaya
Zeze menjelaskan, dalam kurikulum pendidikan harus menyasar mental dan spiritual peserta didik. Sehingga kata dia, akan memiliki dasar fondasi yang kuat untuk menghadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan dan kompetitif melalui proses keteladanan di lingkungan pendidikan.
"Proses pembelajaran juga harus memberikan pengalaman yang kaya, meliputi penguatan mental, spiritual, berpikir secara kritis dan keterampilan adaptif," kata Zeze.
3. Kurikulum adab perlu diterapkan
Sementara Ketua Bidang Tarbiyah PP Persis, Tiar Anwar Bakhtiar menambahkan, proses pembelajaran harus memberikan pengalaman yang kaya yakni meliputi penguatan mental, spiritual, berpikir secara kritis dan keterampilan adaptif.
"Jadi muaranya adalah bagaimana kami mensosialisasikan konsep adab ini sebagai basis daripada pengembangan kurikulum dan pengembangan pendidikan teraktif," ucapnya.
Kurikulum adab ini, kata dia, bukan berarti menghilangkan intelektualitas, melainkan penyeimbang.
"Yang dirancang ini terkait keseimbangan, keseimbangan integrasi antara kebutuhan secara intelektual secara spiritual moral, diintegrasikan. Jadi sebenarnya kami ingin menyeimbangkan dan ini di pendidikan persis sudah kami lakukan," kata dia.
Senada dengan Tiar, Pakar Kurikulum UPI, Cepi Triatna berpandangan untuk mengantisipasi kondisi-kondisi yang dialami generasi muda bangsa Indonesia saat ini maka perlu dilakukan pengembangan pendidikan yang lebih menitikberatkan pada penguatan adab.
"Untuk itu kami mengusulkan kepada pemerintah agar pengembangan kurikulum harus didasarkan pada penanaman adab atau kurikulum berbasis adab. Tadi, kami lihat Pak Menteri juga memberikan respons positif," kata dia.