Seperti apa niatan untuk jadi pemimpin di Kota Bandung?
Awalnya saya berpolitik sendiri aja dari Januari 2017. Saya kampanye Farhan jadi bakal calon wali kota, belum masuk partai. Terus gimana caranya? Ada dulu Qodari dari Indobarometer, saya telepon dia ingin bikin survei, oke silakan, saya dipertemukan dengan orang yang percaya pada survei Indobarometer dan mau mengongkosi Kang Farhan ternyata pas ketemu itu teman saya. juga.
Dia minta mau survei yang bagus atau apa adanya, saya bilang apa adanya. Dan hasilnya popularitas hanya 50 persen, elektabilitas hanya 0,7 persen. Jadi belum banyak yang tahu padahal saya kan lama di Persib, artis juga, tapi ternyata tidak banyak yang hafal.
Saya coba aktifkan teman-teman lama, banyak yang membandingkan kembali Farhan karena sudah terlalu lama di Jakarta. Jadi orang anggapnya walaupun saya direktur Persib, orang Bandung, tapi da kerasanya orang Jakarta, gayanya, cara ngomongnya, jadi selama satu setengah tahun ini saya membandingkan kembali diri ngobrol lagi dengan Budi Dalton dengan para seniman seniman di Bandung yang dulu mungkin sempat dekat terus baru bertemu lagi.
Akhirnya tanpa disangka-sangka di pertengahan 2017 popularitas 80 persen, elektabilitas naik 7 persen ini saya berkampanye banyak baliho juga. Duitnya dari mana? Ini duit sendiri ada mobil empat saya jual tiga, saya jual mobil karena ya matematikanya ini kalau jual tanah harganya akan naik, kalau mobil kan turun. Dari sana mulailah masuk model untuk disandingkan dengan Pak Yosi dan Pak Oded.
Tapi akhirnya saya mundur karena merasa belum waktunya, jadi saya dulu juga banyak saingan saya nggak sanggup lah. Akhirnya saya merapatlah ke Ridwan Kamil menjadi tim kampanye Ridwan Kamil keliling ke Jawa Barat membentuk jaringan fanatik. Jadi ini untuk bobotoh yang ingin berpolitikan tapi tidak masuk atau tidak membawa Persib tapi masuklah ke fanatik tapi karakter mah ada tetep Bobotoh juga.
Masih bercita-cita jadi Wali Kota meski duduk di Senayan?
Setelah ini saya ada tawaran untuk jadi calon legislatif (caleg). Saya juga ingat Ahok kalau mau maju (di pemerintahan) masuk dulu ke legislatif. Yasudahlah saya coba masuk ke Nasdem tapi inginnya langsung ke DPR. Pak Saan Mustofa (Nasdem) akhirnya kasih jalan dan dapat walaupun kursi terakhir.
Setelah itu barulah bertemu dengan Pak Surya Paloh yang sebennarnya adalah teman dari sanga paman. Makanya saya di Nasdem ini sudah jadi ikatan emosional lah, banyak teman juga di sana.
Nah di DPR ini meski sudah jadi anggota, tapi ingin jadi wali kota tidak pernah hilang karena sata tahu menjadi kepala daerah ini tidak bisa dalam waktu singkat harus bertahun-tahun. Dari 2016 sampai 2021 tekad terus sampai di November itu saya bersepakat untuk maju karena saat itu pas COVID-19 Bandung ini kan rasa autopilot.
Makanya saya langsung bikin tulisan 'Farhan Calon Wali Kota Bandung 2024, Bandung Butuh Perubahan'. Kata-kata ini juga yang langsung viral sampai saya sempat diundang beberapa media dengan hastag itu. Setelah itu orang mulai terbukalah ke Farhan bahwa saya ingin jadi wali kota dan Nasdem juga terbuka sampai akhirnya ada kabar Kang Oded meninggal, saya turunkan banner semua dan kita ubah komunikasinya.
Sekarang bersanding dengan Kang Erwin, saya setuju untuk tagline Utama. Jadi niatan memang dari Wali Kota ini sudah dari lama karena sudah mengumbar ini dari 2021.