Bandung, IDN Times - Tren mengkonsumsi teh secara nasional global terus mengalami peningkatan. Hal ini membuat produksi teh juga makin naik.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, rata-rata konsumsi teh celup per kapita dalam seminggu sebesar 2,79 gram pada September 2021. Jumlah itu mengalami kenaikan 0,72 persen dibandingkan pada Maret 2021 yang sebesar 2,77 gram.
Konsumsi teh bubuk per kapita di Indonesia sebesar 0,041 ons dalam seminggu pada September 2021. Jumlah tersebut turun 0,04 persen dibandingkan pada Maret 2021 yang sebesar 0,043 ons.
Sayangnya, jumlah produksi teh di Indonesia mencapai 136.800 ton pada 2022. Nilai tersebut turun 5,72 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 145.100 ton.
Penurunan kinerja telah dialami oleh tiga pelaku utama sektor teh, yaitu perkebunan besar negara, swasta, dan rakyat. Kendati demikian, petani kecil yang mengelola kebun secara mandiri merupakan pihak yang paling rentan.
Ketua Paguyuban Tani Lestari, Waras Paliant mengatakan, posisi petani berada di paling ujung rantai pasok dengan segala keterbatasannya. Ketergantungan yang besar pada pelaku lain, juga semakin menempatkan mereka pada posisi tawar yang rendah.
Petani dengan sederet keterbatasan modal, kemampuan dan teknologi, umumnya kurang luwes dalam menghadapi kondisi pasar yang dinamis. Hampir separuh sekitar 46 persen perkebunan teh Indonesia digarap oleh petani, sedangkan 34 persen dikelola oleh negara dan 20 persen dikelola oleh swasta.
"Jadi, harus ada solusi inovatif untuk mengubah kondisi tersebut. Salah satunya adalah seperti yang kami (paguyuban) lakukan bersama para petani dengan membangun produk teh rakyat yang telah kami beri nama ‘Teh nDeso’," kata Waras melalui siaran pers dikutip IDN Times, Jumat (25/8/2023).