Cirebon, IDN Times - Gelombang panas yang kian menyengat di Kabupaten Cirebon mulai kembali mengubah ritme hidup para petani. Cuaca ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim membuat mereka harus menyesuaikan pola kerja agar tetap bisa bertahan.
Usman, petani padi asal Desa Tegalsari, Kecamatan Plered, mengaku kini tidak lagi bisa bekerja seperti dulu. Jika sebelumnya ia memulai aktivitas sejak pagi, kini jadwalnya berubah drastis.
“Sekarang saya kerja sebelum subuh, berhenti saat matahari naik, lalu lanjut lagi menjelang sore. Kalau dipaksakan siang hari, bisa pingsan karena panasnya luar biasa,” ujarnya, Senin (20/10/2025).
Perubahan ritme kerja itu dilakukan bukan tanpa alasan. Dalam beberapa tahun terakhir, suhu di wilayah Cirebon sering menembus angka di atas 36 derajat Celsius pada siang hari, dengan tingkat kelembapan yang rendah.
Kondisi tersebut meningkatkan risiko dehidrasi, kelelahan, dan heatstroke bagi para petani yang harus bekerja di lahan terbuka selama berjam-jam.