Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20251022-WA0016.jpg
IDN Times/Istimewa

Intinya sih...

  • Bandung Jadikan Gastronomi sebagai Bahasa Diplomasi Global

  • Bandung menggelar Pesuguhan 2025: A Sensoritual Gastrodiplomacy of Paceklik Food

  • Kuliner dijadikan alat komunikasi antarbangsa dan simbol solidaritas internasional

  • Kuliner Lokal Jadi Solusi Navigasi Krisis Paceklik Modern

  • Pesuguhan 2025 lahir sebagai respons terhadap fenomena paceklik modern

  • Hidangan lokal disajikan sebagai prototipe makanan tahan krisis dengan bahan baku sederhana

  • Kolaborasi Internasional Diperkuat Lewat

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Bandung kembali menunjukkan posisinya sebagai kota kreatif dunia dengan menggelar “Pesuguhan 2025: A Sensoritual Gastrodiplomacy of Paceklik Food”.

Acara ini bukan hanya perayaan kuliner, tetapi sebuah gerakan strategis yang menempatkan gastronomi sebagai kekuatan baru diplomasi global, khususnya di kawasan Asia-Afrika.

Di tengah gejolak era VUCA yang ditandai dengan ketidakpastian ekonomi dan krisis pangan global, Bandung tampil mengambil peran sentral melalui pendekatan budaya dan ketahanan pangan.

1. Bandung Jadikan Gastronomi sebagai Bahasa Diplomasi Global

IDN Times/Istimewa

Acara ini dibuka oleh Wali Kota Bandung, H. Muhammad Farhan, yang menegaskan bahwa Bandung sebagai kota kreatif dunia memiliki tanggung jawab historis dan strategis dalam membangun jejaring internasional.

"Menyambung spirit Konferensi Asia-Afrika 1955, Pesuguhan 2025 dirancang sebagai platform diplomasi budaya yang menjadikan kuliner sebagai alat komunikasi antarbangsa," kata dia.

Sekretaris Kementerian Ekonomi Kreatif RI, Dessy Ruhati, hadir sebagai keynote speaker dan menyebut ekonomi kreatif sebagai mesin pertumbuhan baru yang mampu memperkuat daya saing Indonesia.

"Dari Bandung, dikirim pesan bahwa makanan bukan hanya soal selera, melainkan simbol solidaritas internasional dan alat paradiplomasi untuk menciptakan stabilitas sosial-ekonomi global," ujar dia.

2. Kuliner Lokal Jadi Solusi Navigasi Krisis Paceklik Modern

IDN Times/Istimewa

Pesuguhan 2025 lahir sebagai respons terhadap fenomena paceklik modern yang kini dipicu oleh inflasi pangan, konflik geopolitik, hingga gangguan rantai pasok global.

Melalui eksplorasi mendalam di berbagai distrik di Jawa Barat, para kurator dan peneliti berhasil menemukan kembali kekuatan pangan lokal sebagai solusi masa depan.

Hidangan seperti pancake kacang hijau, perkedel mokaf, kari kacang hijau, omelet teri pakcoy, hingga minuman bir mulud dan wedang angin disajikan bukan hanya sebagai simbol budaya, tetapi sebagai prototipe makanan tahan krisis.

Setiap menu dirancang menggunakan bahan baku sederhana yang mudah diperoleh masyarakat luas, mencerminkan upaya nyata Bandung dalam menciptakan sistem pangan yang tangguh di tengah tantangan global.

3. Kolaborasi Internasional Diperkuat Lewat Seni, Riset, dan Inovasi

IDN Times/Istimewa

Pesuguhan 2025 tidak hanya menyajikan makanan, tetapi menciptakan pengalaman sensorik yang menyatukan seni, sains, dan diplomasi.

Pertunjukan musik eksperimental dari TinyUh dan tari pantomim Wanggi Hoed menghadirkan narasi kuat tentang pentingnya kedaulatan pangan di Asia-Afrika.

Acara ini juga menghasilkan Deklarasi Pesuguhan Bandung 2025 sebagai landasan pergerakan gastronomi global dan ditutup dengan penandatanganan nota kesepahaman antara kolektif seni Jawa Barat dan Yamaguchi Prefectural University dari Jepang.

Kolaborasi ini memperluas peran Bandung dalam riset pangan, inovasi teknologi, serta pemberdayaan masyarakat berbasis keberlanjutan. Lebih dari itu, peluncuran buku “Pesuguhan 2025” menandai dimulainya blueprint budaya baru yang menegaskan Bandung bukan hanya pelaku, tetapi pemimpin gerakan gastronomi dunia.

Dengan Pesuguhan 2025, Bandung tak sekadar menyajikan kuliner. Kota ini menyajikan gagasan, menawarkan solusi, dan membangun masa depan diplomasi dunia melalui kekuatan rasa dan budaya.

Editorial Team