(IDN Times/Azzis Zulkhairil)
Belum lagi saat ini telah diungkap Gubernur Jawa Barat terpilih, Dedi Mulyadi mengenai sumber dana pembangunan masjid itu sebagian berasal dari dana pinjaman program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) saat COVID-19. Di mana pembayarannya dicicil selama beberapa tahun mendatang.
"Setiap tahun kita Rp500 miliar membayar cicilan yang selesainya 2029 itu. jadi konsekuensi yang harus diterima," kata Ono.
Dengan beban hutang ini, Ono mengharapkan agar kepemimpinan gubernur terpilih mendatang tidak banyak membangun alun-alun dan bangunan ikonik lainnya.
"Jangan ada lagi pembangunan alun-alun, tugu atau bangunan yang megah tapi tidak berefek kepada permasalahan dasar rakyat tadi. Mau tidak mau karena utang sudah berjalan KDM (Dedi Mulyadi) harus menjalankan itu," katanya.
Sebelumnya, Pj Gubernur Jawa Barat, Bey Triadi Machmudin juga membenarkan pembangunan Masjid Raya Al Jabbar sebagian anggarannya dari PEN saat COVID-19. Di mana saat itu pemerintah provinsi mendapatkan pinjaman total Rp3,4 triliun.
"Rp207 miliar dari PEN, sampai sekarang yang udah dibayarkan baru pokoknya, cicilannya 500 miliar ya selama delapan tahun, kan cicilannya langsung dari pinjaman Rp3,4 triliun," kata Bey.
Bey mengungkapkan, pinjaman PEN ini memang tidak berbunga, namun pemerintah provinsi tetap harus membahayakan sisa hutang tersebut.
"Pak Dedi mulai sedang mencoba melunasi langsung, kita lunasi langsung ataukah mungkin ada kebijakan dari pemerintah pusat seperti apa. Jadi saya datang ke sini kan sebagai pejabat gubernur dan PEN itu sudah ditetapkan oleh gubernur sebelumnya (Ridwan Kamil)," kata dia.