Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Penyebab Pendaki Kecelakaan di Gunung dari Kaca Mata Martin Rimbawan

ilustrasi orang mendaki gunung (pexels.com/Guduru Ajay bhargav)
ilustrasi orang mendaki gunung (pexels.com/Guduru Ajay bhargav)
Intinya sih...
  • Jangan sekedar FOMO, pendaki harus mendaki dengan tujuan menikmati alam dan mempersiapkan diri dengan baik.
  • Pendaki harus siapkan fisik dan logistik sebelum naik gunung, termasuk peralatan kesehatan untuk menghadapi kemungkinan penyakit atau cedera.
  • Kondisi gunung tidak berubah banyak, pendaki harus bisa menyesuaikan diri dan tidak terburu-buru yang bisa menyebabkan kecelakaan.

Bandung, IDN Times - Kecelakaan di gunung saat ini bukan menjadi fenomena langka. Semakin banyak orang yang ingin mendaki baik gunung maupun bukit membuat angka kecelakaan pun meningkat. Minimnya persiapan para pendaki khususnya pemula membuat kasus ini kian sering terpublikasikan.

Salah satu pendaki yang pernah terlibat dalam 7 Summits Indonesia, Martin Rimbawan mengatakan, dulu ketika tahun 1990-an hingga 2000-an angka kecelakaan di gunung bisa dihitung jari. Sebab belum banyak orang berani mendaki gunung, dan mereka yang mendaki biasanya sudah mendapat pelatihan di komunitas baik di sekolah, kampus, atau komunitas pendaki lainnya.

"Kalau dulu yang naik gunung itu biasa dari komunitas pecinta alam. Mereka ke gunung untuk menghabiskan waktu dengan sebelumnya ada persiapan dulu," kata Martin kepada IDN Times, Minggu (3/8/2025).

1. Jangan sekedar FOMO

ilustrasi istirahat saat mendaki gunung (pexels.com/Darren Tiumalu)
ilustrasi istirahat saat mendaki gunung (pexels.com/Darren Tiumalu)

Para pendaki dulu juga berbeda dari sekarang. Biasanya para pendaki dulu datang ke gunung memang untuk menikmati waktu libur sekolah atau kuliah, atau memang cuti kerja dalam waktu panjang. Sedangkan sekarang banyak orang karena takut ketinggalan alias FOMO (Fear of Missing Out) kemudian ikut-ikutan naik gunung.

Bahkan tidak sedikit mereka yang mendaki hanya untuk pergi pagi dan pulang sore. Sedangkan pendaki dulu memang sengaja mendaki untuk menikmati suasana dengan mendirikan tenda dan menginap di atas ketinggian gunung.

"Kalau sekarang memang makin dimudahkan dengan informasi dan transportasinya. Banyak juga opentrip (perjalanan bersama) dipakai hingga artis-artis juga sekarang kan naik gunung," paparnya.

2. Siapkan semua hal sebelum mendaki

ilustrasi peralatan mendaki gunung (unsplash.com/Muhammad Masood)
ilustrasi peralatan mendaki gunung (unsplash.com/Muhammad Masood)

Meski ingin mendaki gunung yang tidak tinggi atau jalannya sudah terpetakan dengan baik, tapi para pendaki tetap harus menyiapkan diri dan peralatan sebelum naik gunung. Misalnya untuk fisik mereka harus memastikan bahwa badannya memang siap untuk mendaki. Jangan sampai karena fisik tidak siap kemudian harus berhenti di tengah perjalanan.

Kemudian logistik yang siapkan juga harus tepat. Sekarang banyak pendaki yang asal naik gunung kurang persiapan termasuk peralatan kesehatan (P3K) yang dibutuhkan. Sebab, pendaki tidak tahu ketika perjalanan apakah mereka bisa bertemu dengan pendaki lain yang punya peralatan untuk pertolongan pertama atau tidak.

Ada beberapa hal yang mungkin terjadi pada tubuh seorang pendaki ketika naik gunung di antaranya hipotermia, barotrauma telinga, edema paru dan otak dataran tinggi, maupun cedera otot. Jika penyakit ini tidak bisa ditangani dengan benar itu akan berakibat fatal.

"Sekarang banyak orang sendirian jalan ke gunung tanpa pengawasan. Kalau merek awam dan terjadi sesuatu pertolongan pertamanya bagaimana coba," paparnya.

3. Gunung tidak berubah, pendaki yang harus menyesuaikan

ilustrasi mendaki gunung (pexels.com/Ali Kazal)
ilustrasi mendaki gunung (pexels.com/Ali Kazal)

Dia pun menegaskan bahwa kondisi gunung sebenarnya tidak berubah banyak. Hutannya, tingginya, dan kondisi lain tak berubah signifikan. Maka, pendaki lah yang harus bisa menyesuaikan diri dengan itu. Jangan sampai karena maraknya informasi mengenai kemudahan untuk mendaki gunung seseorang tanpa persiapan matang langsung berangkat mengabadikan diri sebagai orang yang pernah mendaki gunung.

Kecelakaan di gunung bisa jadi karena mereka tidak awas dan terburu-buru ketika dalam perjalanan maupun setelah berada di puncang gunung. Kepuasan sementara itu bisa membuat konsentrasi hilang dan menimbulkan kecelakaan kepada setiap pendaki.

"Maka ilmu dan pengalaman akan membuat setiap pendaki aman ketika beraktivitas di gunung," pungkasnya.

Share
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us