Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250924-WA0046.jpg
Gelombang kedua keracunan massal MBG di Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (24/9/2025) (Istimewa)

Intinya sih...

  • Penyebab kematian siswi SMKN 1 Cihampelas masih misteri, setelah mengalami keracunan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).

  • BR tidak menunjukkan gejala saat kejadian keracunan massal, namun kemudian mengeluh mual dan meninggal di RSUD Cililin.

  • Pihak rumah sakit belum dapat memastikan apakah BR meninggal karena keracunan MBG atau penyebab lain, keluarga menolak pemeriksaan lebih lanjut.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Penyebab meninggalnya penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG), BR (17 tahun) masih menjadi misteri. Siswi SMKN Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, ini dinyatakan wafat dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cililin pada Selasa (30/9/2025).

Sebelum meninggal, BR diketahui sempat ditangani oleh bidan. Almarhum sendiri merupakan salah satu dari ratusan siswa di SMKN 1 Cihampelas yang mendapatkan program MBG, di mana beberapa di antaranya mengalami keracunan pada Rabu (24/9/2025).

Siswi kelas XII SMKN 1 Cihampelas itu juga ikut mengonsumsi paket MBG berisi rebus telur, lotek, kentang, dan pisang. Pihak sekolah mencatat, dari 300 paket MBG yang diberikan kepada siswa, sebanyak 121 siswa harus dilarikan ke rumah sakit karena menderita keracunan dengan gejala medis berupa mual, pusing, kejang, serta sesak napas.

1. Diduga keracunan tapi bukan dari MBG

Keracunan MBG di Kabupaten Bandung Barat (IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Saat kejadian keracunan massal ini, BR tidak masuk yang bergejala. Hal ini dibenarkan oleh Kepala Puskesmas Cihampelas, Edah Jubaidah. Dia mengatakan, BR pada saat kejadian keracunan massal tidak menunjukkan gejala seperti pusing, mual, atau muntah.

"Semenjak kejadian, anak tersebut tidak mengeluh apa-apa. Bahkan dia sempat bersekolah pada Senin 29 September 2025," kata Edah dikutip, Kamis (2/10/2025).

Selain itu, BR juga tidak pernah menjalani pemeriksaan di posko, puskesmas, maupun rumah sakit karena tidak merasakan gejala yang mengkhawatirkan. Sampai pada Selasa (30/9/2025), setelah pulang sekolah, BR mengeluh mual dan kemudian dibawa ke bidan terdekat.

Setelah berkonsultasi dengan pihak puskesmas, bidan menyarankan agar BR segera dirujuk ke RSUD Cililin. "Informasi dari pihak keluarga Senin sempat ke sekolah. Nah pulang sekolah baru ngeluh mual. Awalnya keluarga hanya mengira masuk angin, apalagi pada Selasa pagi sempat membaik," ucapnya.

"Namun pada pukul 13.00 WIB mengeluh lagi mual dan langsung dibawa ke bidan terdekat, bidannya konsul ke kami, dan kami langsung anjurkan ke RSUD Cililin. Tiba-tiba kita dapat kabar meninggal," kata Endah.

2. Saat keracunan massal BR tidak tercatat sebagai korban

Kondisi pelajar keracunan MBG di Cipongkor KBB (Istimewa)

Dengan kondisi ini, Edah menduga BR memang menderita keracunan jika melihat gejala yang dialaminya. Namun pemicu keracunannya belum dapat disimpulkan dari MBG karena waktu konsumsi dengan gejala yang dirasakan pasien ada jeda antar 4-5 hari.

"Gejalanya memang keracunan, tapi jarak waktu dari makan MBG jauh, kemungkinan juga sudah mengonsumsi makanan lain selain MBG," pungkas Edah.

Terpisah, Dady salah seorang guru SMK 1 Cihampelas membenarkan bahwa Bunga merupakan salah satu siswa yang ikut mengkonsumsi MBG. Namun, dia tak tercatat jadi pasien yang mengalami keracunan pada, Rabu 24 September 2025.

"Betul yang bersangkutan siswa kami dan dapat bagian MBG. Tapi ia tak tercatat masuk posko, Puskemas, maupun rumah sakit saat kejadian keracunan," kata Dady.

3. Pihak RSUD tidak mengetahui penyebab pasti meninggalnya BR

Ibu menyusui keracunan MBG di Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (IDN Times/Azzis Zulkhair)

Sementara, pihak RSUD Cililin juga belum bisa memastikan apakah BR meninggal karena keracunan MBG atau seperti apa. Sebab, pihak rumah sakit menangani mendiang sudah dalam kondisi meninggal dunia.

"Kalau pasien kan memang datang dalam keadaan death on arrival. Kalau dilihat dari gejalanya memang pasien datang sudah meninggal. Jadi, untuk lebih pastinya mengetahui penyebabnya seperti apa, ini kan tidak terlihat, ada perbedaan antara pasien-pasien yang lain," ujar Kepala IGD RSUD Cililin, Dwi Anggitasari Puspita.

Menurutnya, untuk mengetahui penyebab pasti dari kemarin BR harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sayangnya, hal itu tidak dapat dilakukan karena pihak keluarga tidak berkenan untuk penanganan tersebut.

"Sudah disarankan kepada keluarga apakah mau melakukan autopsi atau tidak, dan ketika di IGD RSUD Cililin tidak ada arah mau ke sana dari keluarga," katanya.

"Sejauh waktu di IGD RSUD Cililin memang keluarga sudah menerima kondisinya memang dalam keadaan meninggal kemudian untuk memastikan apakah penyebabnya memang harus ada pemeriksaan lanjut yang harus dilakukan oleh dokter forensik."

Adapun untuk mengetahui secara pasti penyebab kematian ini kata Dwi bisa dilakukan dengan mengambil cairan lambung dan itu juga harus dilakukan oleh orang ahli, untuk memeriksa apakah ada tanda toksikologi atau tidak.

"Untuk pemeriksaan yang ada di IGD memang untuk menyatakan bahwa kondisi pasien memang sudah meninggal, dan arahan pemeriksaan lanjutannya memang lebih kompleks, tidak bisa dilakukan di IGD kami," kata Dwi.

4. Keluarga menerima peristiwa ini sebagai takdir

Ilustrasi Duka Cita (IDN Times/Arief Rahmat)

Pernyataan Dwi juga sesuai dengan keluarga BR, di mana pihak keluarga sudah menerima peristiwa ini, dan menolak dilakukan pendalaman lebih lanjut untuk mengetahui penyebab kematian dari almarhum.

"Kami enggak mau menyalahkan siapa-siapa. Kami menerima (sebagai takdir)," kata perwakilan keluarga sekaligus kaka kandung dari Ibu BR, Nanang (53 tahun), Rabu (1/10/2025).

Meski begitu, pihak keluarga pun membenarkan ada beberapa perwakilan dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat yang datang. Namun, Nanang tidak menjelaskan siapa perwakilan pemerintah pusat ini, apakah dari BGN atau dari pihak lainnya.

"Ada perwakilan dari Bupati, terus juga ada dari pusat. Cuma gak tahu siapa. Ya, mereka memastikan saja datang ke sini," ucapnya.

Editorial Team