Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi penganiayaan (IDN Times/Esti Suryani)
Ilustrasi penganiayaan (IDN Times/Esti Suryani)

Intinya sih...

  • Nyanyang menjadi korban salah tangkap dan penganiayaan oleh oknum polisi

  • Ia mengalami luka lebam di wajah, nyeri dada, dan gigi patah setelah dipukuli

  • Kapolres Cianjur meminta maaf atas kejadian tersebut dan akan memproses pelaku melalui Propam

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kabupaten Cianjur, IDN Times - Seorang penjual biji kopi asal Cianjur, Nyanyang Suherli (45), buka suara soal dugaan dirinya jadi korban salah tangkap dan penganiayaan oleh sejumlah oknum polisi. Ia mengalami luka lebam di wajah dan tubuh, hingga beberapa gigi patah. Kisahnya viral setelah ia curhat lewat media sosial, meminta bantuan Gubernur Jawa Barat.

"Pak Dedi (Gubernur Jabar) tulungan abdi yeuh. Abdi korban kekerasan anggota polisi, salah tangkap. Tulungan abdi awak asa pasiksak, bengeut rusak. (Pak Dedi tolong saya ini, saya korban kekerasan anggota polisi, salah tangkap. Tolong saya, badan rusak wajah rusak)," kata Nyanyang dalam unggahan video.

1. Awalnya cuma mau ambil stok kopi

ilustrasi tulisan kekerasan polisi (pixabay.com/viarami)

Nyanyang menceritakan kejadian bermula saat ia hendak mengambil stok biji kopi di Lampegan, Cianjur, pada Minggu malam, 2 Juni 2025. Karena tidak punya kendaraan pribadi, ia meminta tolong temannya untuk mengantar.

"Kebetulan sebelumnya teman saya sekampung chat saya. Sekalian saya ngojek ke dia, minta antar ke gudang," ujarnya.

Namun saat melintas di sekitar Bojong, Kecamatan Karangtengah, motor yang ia tumpangi disergap sejumlah pria tak dikenal. Ia sempat mengira itu begal.

"Saya sedang main HP saat motor tersebut maju. Tiba-tiba ada yang menyergap dan memegangi saya. Dikira begal, karena kan posisinya malam hari. Saya berontak, berusaha melepaskan diri. Soalnya ada yang memegangi saya," kata dia.

Diduga karena perlawanan spontan itu, salah satu pria terkena sikut Nyanyang. "Saya gak sengaja. Tapi saya langsung dipukul, dimasukkan ke mobil, dan dianiaya sepanjang jalan," ungkapnya.

2. Diinterogasi dan dipukuli, tapi tidak tahu salahnya apa

ilustrasi penganiayaan. (pexels.com/mart)

Setelah dibawa ke Mapolres Cianjur, Nyanyang mengaku mendapat kekerasan lagi dari beberapa anggota polisi, meski sudah memohon ampun dan menanyakan apa kesalahannya.

"Saya dibawa ke kantor polisi, diinterogasi, dan tetap dipukul. Saya bingung, gak tahu apa salah saya," ucapnya.

Keesokan harinya, barulah terungkap bahwa temannya yang mengantar adalah target operasi polisi karena diduga penadah barang curian. Namun Nyanyang tetap merasa diperlakukan tidak adil.

"Saya ikut disalahkan. Katanya saya melawan petugas. Padahal saya cuma kaget dan panik," tambahnya.

3. Luka lebam, gigi patah, dan dirawat di kantor polisi selama tiga hari

Ilustrasi penganiayaan (IDN Times/Esti Suryani)

Akibat penganiayaan itu, Nyanyang mengalami lebam di wajah, nyeri dada, dan gigi patah. Ia tidak langsung dipulangkan karena luka-lukanya cukup serius, dan harus menginap tiga hari di Mapolres Cianjur.

"Sempat diobati seadanya. Ada juga polisi yang baik, nanyain kondisi saya. Tapi yang mukulin saya sekitar enam orang," katanya.

Nyanyang baru dipulangkan pada Kamis (5/6/2025) dengan diberi uang Rp100 ribu untuk ongkos pulang. Nyanyang kini hanya berharap kejadian serupa tak menimpa orang lain.

"Saya cuma jualan kopi, bukan penjahat. Harusnya gak begini. Saya cuma ingin keadilan," tuturnya.

4. Kapolres Cianjur minta maaf dan janji tindak tegas

Ilustrasi penganiayaan. (IDN Times/Nathan Manaloe)

Kapolres Cianjur, AKBP Rohman Yonky Dilatha, membenarkan bahwa ada tindakan anggotanya yang di luar prosedur. Ia menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat dan menegaskan akan memproses pelaku melalui Propam.

"Kami mohon maaf atas kejadian ini. Tidak ada yang ditutup-tutupi. Kami akan tindak tegas anggota yang melanggar," kata Yonky kepada media.

Editorial Team