Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times/Debbie Sutrisno

Bandung, IDN Times - Program Studi Doktor Ilmu Manajemen (DIM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Padjadjaran (Unpad) menggelar Global Advanced Research Conference on Management and Business Studies (GARCOMBS) in 2022. Dalam kegiatan yang diiuti sejumlah peneliti dari tujuh negara, mereka saling memaparkan riset yang berkaitan dengan perbaikan perekonomian.

Ketua Program Studi DIM FEB Unpad Prof. Yudi Azis menuturkan, pertemuan ini sangat penting karena hasil riset yang selama ini dibuat diharap bukan hanya menjadi konsumsi secaara internal, tapi juga lembaga pemerintah dan masyarakat luas. Dengan demikian, riset yang dilakukan untuk perbaikan ekonomi bisa membantu semua pihak untuk mengatasi pelemahan ekonomi akibat situasi global serta perbaikan industri ke depannya.

"Dalam kondisi yang tidak menentu dan adanya potensi resei ekonomi berdampak pada industri, kami percaya masa depan membutuhkan solusi untuk meminimalisir risiko. Dan kami berharap kegiatan ini bisa memberikan hasil baik untuk industri yang berkelanjutan," ujar Yudi dalam pembukaan GARCOMBS di Bandung, Jumat (17/11/2022).

Dia menuturkan, akan ada 112 riset mengenai industri berkelanjutan yang berkaitan dengan banyak sektor. Riset-riset yang ada kemudian didikusikan untuk melihat sejauh apa dampak pada perbaikan kualitas masyarakat, maupun kritik atas riset tersebut.

1. Kepercayaan publik perlu dibangun untuk penguatan ekonomi

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Prof. Dr. Ir. Hendarmawan mengatakan, setiap orang sudah paham dampak adanya pandemik COVID-19 dan gejolak kemanan global yang bisa bermuara pada resesi ekonomi. Untuk itu, perlu skenario mada depan untuk mengurangi dampak tersebut sehingga bisa segera melakukan penguatan.

"Konferensi seperti ini penting untuk membangun kepercayaan," ujarnya.

Dekan FEB Unpad Prof. Dr. Nunuy Nur Afiah mengatakan, kerja sama antara lembaga pendidikan dan pemerintah amat penting dalam memajukan sebuah negara. Riset yang dilakukan bisa menjadi kesempatan baik untuk berkolaborasi agar bisa terpublikasikan secara masif.

2. Ekonomi sirkular harus digencarkan agar SDA tak cepat habis

Foto- Dok Kemenperin.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menuturkan, industri yang berkelanjutan bisa menerapkan sistem konsep ekonomi sirkular. Cara ini diharap bisa meminimalisir penggunaan sumber daya alam (SDA)  yang sekarang jumlahnya semakin sedikit.

Menurutnya, Indonesia saat ini masih bertumpu pada industri pengolahan SDA. Penggunaan bahan baku makin tinggi seiring jumlah konsumsi dari masyarakat yang ikut bertambah.

Maka, penggunaan sistem ekonomi sirkular diharap bisa mengefisiensikan bahan baku sehingga bisa digunakan kembali ketika barang tersebut sudah sempat dipakai.

"Indonesia hasilnya 67 juta ton sampah. Kalau ekonomi sirkular tidak dilakukan maka sumber daya alam menipis dan terjadi degradasi lingkungan serta krisi iklim," kata Agus.

3. Terdapat lima isu utama pascapandemik COVID-19 di sektor ekonomi

ilustrasi resesi (IDN Times/Arief Rahmat)

Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK mengatakan bahwa persoalan ekonomi memang tengah menghantui banyak pihak pascapandemik COVID-19. Bukan hanya di Indonesia, kondisi ini juga terjadi pada skala global.

Terdapata lima isu utama yang dirasa penting untuk segera diatasi. Pertama, sebagai regulator, OJK perlu mempertimbangkan dan mengantisipasi pemulihan efek menakut-nakuti dan efek jurang pandemi di semua sektor.

Kedua, mengenai volatilitas, ketidakpastian,kompleksitas dan ambiguitas yang disebabkan oleh ketegangan geopolitik global merupakan tantangan yang dihadapi secara global. Volatilitas dari harga komoditas dan energi, ketidakpastian rantai pasokan, kompleksitas global masalah ekonomi, ketidakpastian kebijakan, harus ditangani sesuai.

Ketiga, ketidakpastian yang terjadi di seluruh dunia akan membawa efek spill over ekonomi, seperti kenaikan inflasi, kenaikan suku bunga, perlambatan ekonomi
(stagflasi), dan kenaikan harga energi.

Keempat, percepatan digitalisasi dan emerging technology di bidang keuangan menimbulkan tantangan bagi sektor perbankan. Perkembangan metaverse,
cryptoassets, dan teknologi baru memberikan risiko yang tidak diketahui terutama bagi bank dengan tantangan kesiapan industri dalam aspek people, process, dan teknologi untuk mengelola dan mengurangi risiko. Bank juga perlu menilai risiko yang ditimbulkan oleh pengembangan mata uang digital bank sentral.

Kelima. perubahan iklim telah menjadi perhatian utama dunia akhir-akhir ini. Itu risiko finansial akibat perubahan iklim, target nol emisi, dan transisirisiko dan risiko fisik, dan bagaimana regulator harus menanggapi terkait iklim masalah dengan rekomendasi kebijakan.

Selain permasalahan global, terdapat pula permasalahan struktural yang dihadapi perbankan dalam negeri. Namun demikian, ada tantangan yang perlu diantisipasi, termasuk ancaman dan serangan siber, mendasar kesiapan infrastruktur, serta kolaborasi dan konektivitas bank.

"Untuk mengatasi hal tersebut, tantangan utama OJK sebagai regulator adalah fokus reformasi pengaturan, perizinan, dan pengawasan di bidang perbankan," kata Dian.

Editorial Team