Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
(IDN Times/Azzis Zulkhairil)
(IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Bandung, IDN Times - Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi turut mengapresiasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat atas pendidikan karakter Panca Waluya yang telah meluluskan angkatan pertama sebanyak 273 orang. Namun, dia menyarankan agar evaluasi secara berkala perlu dilakukan.

Menurutnya, selama beberapa kali datang dan melihat langsung pendidikan karakter Panca Waluya di Dodik Bela Negara Rindam III/Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, materi yang diberikan sudah cukup baik dan tidak ada pelanggaran HAM.

"Ini adalah salah satu langkah yang sangat gemilang. Bagaimana menyalurkan potensi setiap anak yang pada dasarnya kreatif, energik, penuh dinamika, tapi karena lingkungan tidak kondusif baik di lingkungan rumah, sekolah maupun pergaulan akhirnya menyimpang dan diarahkan dengan tegas secara positif," ucap Seto, Rabu (21/5/2025).

1. Evaluasi harus dilakukan sampai selesai

(IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Meski demikian, Seto juga tetap mendorong adanya evaluasi berkala, terbuka akan kritik yang membangun hingga melibatkan psikolog guna memastikan anak-anak pada kondisi psikologis yang baik.

Dia mendorong pihak lainnya tak gengsi untuk meniru program pendidikan karakter dari Jabar ini, termasuk jika program ini diadopsi menjadi suatu gerakan nasional. 

"Jadi dalam hal ini kami apresiasi dan tetap harus dievaluasi sampai akhir, beberapa akan kami ikuti, juga ada tim psikolog sehingga kalau nanti hasilnya positif jangan ragu-ragu dan gengsi untuk dijadikan gerakan nasional," tutur Kak Seto. 

2. Pendidikan formal dan informal dalam keluarga perlu dilengkapi

(IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Bagaimanapun, menurutnya, kritik yang membangun tentu sangat diperlukan. Maka itu ia mengajak semua unsur untuk dapat bersatu memberikan lingkungan kondusif bagi tumbuh kembang anak-anak yang hebat.

"Pendidikan formal dan informal dalam keluarga juga perlu dilengkapi dengan pendidikan nonformal. Itu bisa saja di Dodik Bela Negara, perpustakaan, sarana gelanggang olahraga mauun sanggar-sanggar seni. Jawa Barat bisa menjadi contoh dan alternatif," kata Seto.

Seto mengaku terharu hingga meneteskan air mata kala melihat para siswa barak militer lulus dan bertemu langsung orangtua maupun anggota keluarganya.

"Anak-anak pada dasarnya membutuhkan uluran cinta dari tokoh-tokoh seperti orangtua, guru, pemimpin, pejabat sehingga mereka menjadi bunga yang sangat mekar," kata Seto.

3. Psikolog juga sarankan ada evaluasi secara berkala

(IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Sementara itu psikolog klinis forensik, Cassandra Putranto, yang turut terlibat dalam pendidikan karakter ini mengatakan, ia merupakan saksi di mana sejak awal program ini para peserta sudah menjalani psikotes atau pemeriksaan assesment klinis awal dan grafologi.

"Kami sudah mengetahui profil psikologis mereka, dan yang jelas bahwa tentu saja program pendek ini sudah dimaksimalkan untuk bisa mencapai adanya perubahan perilaku mungkin. tidak sempurna, tapi kembali lagi bahwa kita lebih baik berada di tempat yang berusaha daripada tidak," katanya.

Disinggung mengenai kemungkinan para alumni ini akan kembali pada sikap awal mereka yang dinilai bermasalah ini, Cassandra mengatakan, hal itu tetap bisa dicegah dengan adanya evaluasi secara berkala dan peran dari orangtua itu sendiri. 

"Tergantung sebenarnya. Itu alasannya mengapa orangtua pun harus melanjutkan, dan itu harus ada monitoring, harus ada evaluasi. Yang paling penting adalah bahwa perubahan ini sudah terjadi dan itu harus dilanjutkan," tuturnya. 

Sementara, Global Expert Grafologis Gusti Ayu Dewi menambahkan, mengenai sikap awal siswa apakah bisa kembali lagi atau tidak, hal itu tergantung dari peran orangtua dan evaluasi dari program ini itu sendiri. 

'Kalau tanaman, tanaman sudah bagus, diambil dari potnya, dipindah, tapi tidak disiram akan mati. Jadi fungsi menyiram itu ada di orangtua, keluarga, dan lingkungan," kata dia. 

Editorial Team