Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin berkomitmen akan memaksimalkan pelaksanaan Program Citarum Harum (dok. Pemprov Jabar)
Sebelumnya BRIN menyebut Sungai Citarum terkontaminasi bahan aktif obat atau APIs. Penelitian dilakukan dengan konsentrasi bahan aktif obat yang diminum warga di daerah DAS Citarum Hulu, frekuensi obat, jumlah yang dikonsumsi, dan berapa lama masa sakit warga dalam setahun.
Hasilnya, didapat jika penggunaan antibiotik di DAS Citarum Hulu ternyata relatif besar, dengan penggunaan paracetamol di posisi tertinggi dengan jumlah 460 ton per tahun dan amoxilin 335 ton per tahun.
Peneliti BRIN juga mengestimasi seberapa banyak dari rata-rata penggunaan itu, dengan ekstrapolasi terhadap jumlah penduduk di suatu DAS.
"Hasilnya untuk bahan kimia aktif dapat dilihat bahwa ternyata paracetamol dan amoxilin menjadi APIs dengan penggunaan paling besar di DAS Citarum Hulu," ujar Peneliti Kelompok Riset Ekotoksikologi Perairan Darat, Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN Rosetyati Retno Utami.
Rosetyati menjelaskan sumber-sumber kontaminasi bahan aktif obat yang mungkin masuk ke dalam Sungai Citarum bisa teridentifikasi dari banyak hal. Di antaranya mulai dari kegiatan peternakan yang dinilai banyak menggunakan obat-obatan dan hormon untuk meningkatkan hasil peternakan, penggunaan obat rumah tangga dan industri, serta sistem pengelolaan limbah obat di rumah sakit yang mungkin terdapat kebocoran, sehingga mengakibatkan masuknya obat ke ekosistem akuatik.
Menurutnya, penanganan masyarakat setempat atas penggunaan bahan aktif obat dinilai masih kurang, sehingga menimbulkan risiko pada pencemaran ekosistem akuatik.
Selain itu, penggunaan konsentrasi APIs yang tinggi, khususnya untuk paracetamol dan amoxilin, sangat mungkin akan menimbulkan dampak terhadap badan air, khususnya di Sungai Citarum jika dibuang sembarangan.