Pemkot Bandung Upayakan Semua Sampah Pasar Gedebage Diolah Sendiri

Intinya sih...
Limbah organik di Pasar Gedebage akan diolah menjadi biogas, media tanam, dan cairan pupuk dalam waktu sekitar 20 hari.
Pengolahan sampah mandiri diharapkan dapat mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA Sarimukti, menciptakan total reduksi sampah, dan mendukung program "Sampah Hari Ini Habis Hari Ini".
Pemerintah Kota Bandung berupaya mengurangi ritasi pengelolaan sampah dari 174 rit/hari menjadi 140 rit/hari serta mendorong partisipasi masyarakat untuk penanganan sampah secara berkelanjutan.
Bandung, IDN Times - Pemerintah Kota Bandung kembali membersihkan tumpukan sampah di Pasar Gedebage yang sudah terbengkalai berhari-hari. Sampah yang mayoritas organik ini bakal diolah secara mandiri dengan teknologi biodigester dan windrow composting.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung Darto mengatakan, sampah di pasar ini seharusnya diurus oleh pengelola Pasar Gedebage. Sayangnya upaya yang mereka lakukan kurang maksimal sehingga tumpukan sampah ini kemudian diambil alih oleh DLH Bandung.
"Kami sudah lakukan pengolahan di belakang pasar ini. Nanti akan kami kumpulkan di tempat di sana sekaligus uji coba sistem tersebut dalam olah sampah organiknya," kata dia, Jumat (4/7/2025).
1. Limbah organik akan jadi jadi biogas
Menurut Darto, pengolahan sampah di Pasar Gedebage ini tergolong baik karena nantinya akan diolah menjadi gas, media tanam, atau cairan yang bisa dipakai untuk pupuk. Sampah padat akan diarahkan ke sistem biodrying. Sedangkan sampah basah dialirkan ke dalam tangki-tangki biodigester. Proses ini akan menghasilkan kompos cair dalam waktu sekitar 20 hari.
"Kami akan bekerjasama dengan PT. Pro Signal dapat mengolah sampah pasar gedebage sebesar kurang lebih 20 ton/hari dengan teknologi biodigester dan windrow composting," paparnya.
Perkembangan proyek ini tidaklah mudah, mengingat perlunya koordinasi lintas sektor yang intens. Pemkot Bandung menggandeng berbagai pemangku kepentingan, termasuk Perumda Pasar, pihak swasta pemilik hak pengelolaan, serta pengelola pasar setempat.
Dengan implementasi teknologi biodigester, Pemkot Bandung berharap dapat memperkuat sistem pengelolaan sampah organik secara berkelanjutan.
2. Kurangi sampah untuk masuk TPA Sarimukti
Dia menuturkan sampah yang dikelola hari ini bisa mencapai 18 ritase di mana satu ritase bisa mencapai lima ton, sehingga total sampah akan dikelola mencapai 90 ton. Ketika sampah sebanyak ini diolah mandiri, maka akan ada penurunan limbah yang harus dibuang ke TPA Sarimukti.
Itu memberi ruang untuk sampah dari masyarakat bisa dibuang langsung ke TPA Sarimukti yang sekarang semakin dikurangi volume sampah masuk ke sana.
"Lama-lama kita akan total redukasi sehingga ke depannya cita-cita tidak ada lagi sampah yang harus dibuang ke TPA," kata Darto.
3. Sampah hari ini harus ditangani hari ini
Darto menuturkan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengharuskan Kota Bandung mengurangi ritasi yang semula sebanyak 174 rit/hari menjadi 140 rit/hari. Hal ini mendorong Pemerintah Kota Bandung untuk mulai melakukan upaya pengurangan sampah baik melalui partisipasi dan peran serta masyarakat maupun peningkatan pengolahan sampah skala kawasan dan skala kota.
Langkah ini diharapkan menjadi solusi permanen jangka panjang dalam penanganan sampah Kota Bandung khususnya di Pasar Gedebage dan ke depan diharapkan dapat direplikasikan pada kawasan pasar maupun kawasan berpengelola lainnya, dan juga dapat memastikan bahwa sampah yang dihasilkan warga ditangani dan di olah pada hari yang sama, tanpa menumpuk sesuai dengan program Pemerintah Kota Bandung yaitu “Sampah Hari Ini Habis Hari Ini”.
Sekilas tentang Biodigester adalah sistem pengolahan limbah organik yang mengubah sampah menjadi biogas dan pupuk cair melalui proses fermentasi anaerob (tanpa oksigen) oleh mikroorganisme sehingga pengelolaannya ramah lingkungan dan dapat menghasilkan eergi terbarukan serta mengurangi emisi gas rumah kaca.
Sedangan Windrow Composting adalah metode pengolahan limbah organik menjadi pupuk kompos dengan cara membentuk tumpukan material yang memanjang (windrow) dan membalikkan tumpukan tersebut secara berkala untuk
aerasi dan dekomposisi.
"Diharapkan seluruh elemen masyarakat dapat berpartisipasi dan mendukung dalam pelaksanaan program ini sehingga Kota Bandung menjadi kota mandiri yang dapat mengelola dan mengolah sampahnya dengan baik," pungkasnya.