Pemkot Bandung Minta Batan Buat Rekayasa Benih Padi untuk Ditanam

Bandung, IDN Times - Wali Kota Bandung Oded M Danial meminta bantuan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) untuk melakukan rekayasa benih padi yang memungkinkan untuk ditanam di Kota Bandung. Ini penting karena selama ini padi yang ditanam dan dihasilkan volumenya dirasa sangat sedikit.
Berdasarkan data yang dihimpun Pemkot Bandung, saat ini lahan yang digunakan untuk menanam padi hanya mencapai 34 hektare. Ini merupakan lahan sawah abadi karena kepemilikan tanahnya adalah Pemkot Bandung.
"Tapi infonya dalam satu kali panen ini hanya lima sampai enam ton saja. Harapannya satu kali panen bisa dua kali lipat," ujar Oded usai menghadiri peresmian Litbang BATAN di Jalan Taman Sari, Bandung, Rabu (30/10).
Dengan kenaikan volume padi pada saat panen, Oded berharap ketahanan pangan khususnya untuk beras bisa semakin tinggi. Meskipun jumlah itu tidak mungkin bisa diberikan kepada seluruh masyarakat.
1. Benih untuk tanaman di pemukiman juga bisa diperbaiki

Selain benih untuk padi, Oded juga meminta Batan memberikan produk rekayasa benih tanaman yang bisa diolah di pekarang rumah seperti tomat atau tomat. Benih tersebut diharap bisa memproduksi tanaman dalam jumlah banyak meski hanya ditanam di media secukupnya di sekitar rumah warga.
"Ini untuk kemandirian. Saya berharap bisa berkebun di halaman," ujar Oded.
2. Rekayasa tanaman oleh Batan sudah sering diaplikasikan

Kepala Batan Anhar Rizan Antariksawan menyambut baik tantangan dari Pemkto Bandung. Menurutnya, selama ini Batan sudah sering melakukan rekayasa pda DNA tanaman. Rekayasa itu juga pernah dijalankan pada pembuatan benih padi baru.
Anhar menyebut, salah satu benih yang pernah dikembangkan yaitu padi Pandan Wangi yang ada di Cianjur. Batan telah membuat varietas baru dengan nama Pandan Putri yang awalnya dari varietas Pandang Wangi.
"Karakteristik padi ini lebih cepat panen. Tapi untuk wangi dan rasanya masih sama. Hanya waktu menanam sampai panen lebih singkat," kata Anhar.
Kemudian ada varietas beras di Kabupaten Klaten, Rojo Lele. Di mana sebelumnya varietas ini ditanam dengan waktu mencapai panen sekitar 140 hari, kemudian bisa diubah menjadi hanya 110 hari.
3. Perubahan DNA secara alami terlalu memakan waktu

Menurut Anhar, rekayasa DNA yang dilakukan oleh Batan menggunakan tenaga nuklir sebenarnya bisa terjadi secara alami. Namun, perubahan DNA tersebut belum tentu sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat.
Berbeda dengan rekayasa yang dilakukan di Batan, lembaga ini bisa mengubah dan membuat berbagai varietas DNA sesuai kebutuhan. Misalnya, untuk beras dalam sekali proses radiasi bisa mengubah sampai 200 butir benih padi untuk kemudian dilakukan penanaman agar bisa dievaluasi.
"Jadi cara (perubahan DNA) dengan radiasi ini lebih cepat," kata dia.