Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
(IDN Times/Azzis Zulkhairil)
(IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Bandung, IDN Times - Pemburu koin Jagat yang kini heboh di Kota Bandung telah merusak fasilitas publik. Hal ini ditemukan di Taman Tegallega yang mana para pemburu merusak lantai hingga beberapa fasilitas lainnya.

Salah seorang petugas keamanan Taman Tegallega, Usup mengatakan, para pemburu koin membuat kondisi taman berantakan dan merusak beberapa material yang ada di dalamnya. 

"Kayak lantai-lantai taman itu pada rusak, paving blok, karpet-karpet (rumput sintetis) itu juga sekarang pada rusak," ujar Usup, Sabtu (11/1/2024).

1. Sudah diperingatkan tetap membandel

ilustrasi aplikasi Jagat (dok. Jagat.io)

Petugas, kata dia, sudah melakukan imbauan terhadap para pemburu koin tersebut agar tidak merusak dan menganggu masyarakat yang hendak memanfaatkan taman. Hanya saja imbauan itu tidak digubris hingga akhirnya merusak fasilitas.

"Karena banyak yang ngebandel, sudah kita kasih tau, diimbau untuk tidak mencari koin tapi malah balik lagi. Bahkan sampai tembus juga ke area monumen (dalam). Itu beberapa kali diketahui sama saya," ungkapnya.

"Jadi kita sangat kewalahan karena selain harus mengamankan 19 hektar (luas keseluruhan taman Tegalega), kami juga harus mengimbau masyarakat yang cari koin," tutur Usup.

2. Petugas kewalahan menertibkan pencari koin

IDN Times/Istimewa

Berdasarkan pemantauannya, para pemburu koin ini mulai menyerbu Taman Tegallega sejak satu pekan ke belakang. Awalnya terlihat hanya segelintir orang saja berada di sana, seiring berjalannya waktu terus bertambah banyak.

"Awalnya sedikit, lalu malah semakin banyak mau malam maupun siang itu banyak (masyarakat yang cari koin). Bahkan saya sempat waktu itu piket malam, jam 2 malam itu masih ada yang cari koin," katanya.

Dengan kondisi ini, Usup berharap agar ada tindakan tegas kepada pemilik aplikasi agar tidak merusak fasilitas taman.

"Masyarakat berkunjung boleh, tapi jangan sampai merusak fasilitas. Terus ke pemerintah juga kami berharap supaya ada langkah atau tindakan khususnya kepada pemilik aplikasi," kata dia.

3. Pemkot Bandung sudah meminta aplikator agar tidak menggunakan konsep permainan seperti ini

IDN Times/Istimewa

Untuk diketahui, permainan berburu koin Jagat ini populer di masyarakat Kota Bandung selama beberapa pekan kemarin. Masyarakat mencari koin yang sudah diletakan oleh pihak aplikasi dengan memunculkan semuanya dalam map. Adapun koin ini memiliki kode yang nantinya di pindai ke aplikasi Jagat.

Nantinya, koin ini ditukarkan dengan uang yang nominalnya ratusan hingga jutaan rupiah dan dikirim langsung melalui rekening bank digital masing-masing akun penemu.

Pemerintah Kota Bandung sendiri sudah memberikan imbauan agar para pencari koin tidak merusak fasilitas publik. Bahkan, Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPKP) Kota Bandung, Rizki Kusrulyadi menyayangkan kejadian ini.

Menurutnya, kreativitas dalam bentuk permainan seperti ini seharusnya tidak dilakukan dengan cara yang dapat merusak lingkungan.

"Memang kreativitas itu boleh dilakukan, tapi tidak sampai merusak taman-taman kota. Apalagi aktivitas mencari koin yang dilempar sembarangan, itu bisa menyebabkan kerusakan pada tanaman dan fasilitas taman lainnya," ujar Rizki, beberapa waktu kemarin.

Rizki mengaku telah berupaya menghubungi pengembang aplikasi tersebut untuk memperbaiki konsep permainan.

"Kami sudah menyampaikan kepada pihak aplikasi agar konsep ini tidak dilakukan di taman kota. Bagaimana pun, kegiatan seperti ini membuat orang mengorek-ngorek tanaman, yang akhirnya merusak taman," tuturnya.

Menurutnya, kerugian utama dari aktivitas game ini berupa kerusakan pada tanaman dan fasilitas taman. Tim penjaga taman, termasuk petugas Park Ranger, terus berupaya memperbaiki kerusakan yang terjadi.

"Kami mengimbau kepada masyarakat untuk lebih menjaga taman-taman kota. Permainan semacam ini mungkin menghibur, tetapi dampaknya sangat merugikan. Kami juga berharap pengembang aplikasi segera merevisi konsep permainannya," katanya.

Editorial Team