ilustrasi (pixabay.com/Wokandapix)
Kembali ke perihal menghidupi partai politik, biaya yang diperlukan amatlah besar jika dibandingkan dengan program kerja mereka per tahunnya. Selain dari sumbangan kader, parpol juga bisa hidup dari sumber-sumber lainnya seperti iuran anggota dan sumbangan pemerintah berdasarkan jumlah daftar pemilih tetap (DPT) dari masing-masing parpol.
Aat Safaat Hodijat, anggota DPRD Kota Bandung yang bertugas sebagai moderator dalam diskusi tersebut, sepakat dengan kurangnya anggaran yang dimiliki partai politik untuk menjalankan program kerjanya.
“Dari 100 persen kebutuhan partai per tahun, pemerintah hanya menyumbang 2-5 persen saja,” kata Aat, ketika ditemui IDN Times setelah diskusi usai. Angka yang tak seberapa dari total kebutuhan itu disebabkan oleh skema sumbangan pemerintah yang berlandaskan jumlah DPT per partai.
Namun, besarnya kebutuhan partai dan minimnya sumber anggaran bagi Aat bukanlah alasan seorang kepala daerah hasil kaderisasi parpol mesti melakukan korupsi. Sebaliknya, parpol justru ditantang lebih kreatif dalam menciptakan sumber-sumber duit lainnya.
“Parpol harus bisa membuka usaha-usaha yang sah di mata hukum. Misalnya, membuka peluang kerja sama dengan pihak ketiga atau membuka market place sendiri,” tuturnya.