ilustrasi boikot (pixabay.com/geralt)
DMI menekankan bahwa ketahanan nasional tidak hanya soal politik dan militer, tapi juga soal ekonomi.
Dengan memperkuat pelaku usaha lokal, masyarakat bisa menyalurkan solidaritas secara nyata — membantu Palestina sekaligus memperkuat kemandirian ekonomi Indonesia.
Peneliti CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mengingatkan bahwa boikot salah sasaran bisa menciptakan efek domino terhadap rantai pasok lokal.
“Kalau perusahaan besar kehilangan dukungan pasar, pemasok bisa kehilangan pendapatan, UKM terdampak, dan pekerja berisiko kena PHK,” katanya.
Senada dengan itu, Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (Aspirasi), Mirah Sumirat, menilai semangat kemanusiaan perlu dibarengi kesadaran ekonomi.
“Tujuannya baik, tapi dampaknya harus dipikirkan. Jangan sampai solidaritas justru memperburuk nasib buruh di dalam negeri,” ujarnya.
Imam Addaruqutni menutup dengan pesan, bahwa pasca gencatan senjata, bangsa Indonesia perlu melangkah ke fase baru yakni “Gerakan solidaritas harus berevolusi jadi gerakan produktif. Dari boikot menuju kolaborasi ekonomi umat, demi ketahanan bangsa".