Transaksi pake Qris (inin nastain/IDN Times)
Desa Bantaragung sendiri saat ini dikenal sebagai desa wisata. Dalam perjalanannya, ada keterlibatan Bank Indonesia (BI) yang melakukan pembinaan.
Salah satu pembinaan yang dilakukan BI di desa wisata Bantaragung adalah di sektor pertanian, yang lokasinya persis di dekat Pasar Pakuwon.
"BI untuk pertanian. Kalau ini (Pasar Pakuwon) mah, nambalan lah. Bagaimana caranya tamu bisa berlama-lama di sini. Jadi ada event ini," jelas Wawan.
Julukan desa wisata untuk Bantaragung sendiri memang tidak berlebihan. Di desa ini terdapat beberapa objek wisata, di antaranya Curug Cipeteuy.
Dari kolaborasi yang dijalin dengan BI, akhirnya pihak pengelola memutuskan untuk penggunaan Qris dalam setiap transaksi, termasuk di Pasar Pakuwon. Penggunaan Qris tersebut sekaligus mengikuti arahan BI terkait pengggunaan uang non-cash.
"Untuk penukaran Benggol, karena kami dibina Bank Indonesia, selain transaksi uang cash, ada juga Qris. Ada beberapa event juga di sini yang transaksinya pake Qris," kata Wawan, yang sekaligus pengelola desa wisata Bantaragung itu.
Terkait penggunaan Benggol untuk transaksi, Wawan menyebut itu berawal dari rapat yang dilakukan oleh penggiat wisata desa setempat. Dalam rapat itu diambil kesimpulan harus ada ciri khas dari Pasar Pakuwon itu.
"Jadi kami, Fokdarwis (kelompok sadar wisata) di sini ada ngumpul-ngumpul, kemudian muncul gagasan bahwa untuk datang ke pasar Pakuwon ini, minimalnya harus ada ciri khas tersendiri. Pak Kuwu menamai ini Benggol," papar dia berapi-api.
Sektor wisata di Kabupaten Majalengka dalam beberapa tahun terakhir, sukses mencuri perhatian. Tidak hanya objek daya tarik (odtw) berbasis alam saja.
Di Kabupaten Majalengka juga muncul event-event yang cukup menyedot perhatian dari masyarakat luas. Atas beberapa aktivitas itu, Majalengka sempat diganjar sebagai salah satu Kabupaten Kreatif dari pemerintah pusat.
Plt. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Cirebon Fickry Widya Nugraha menilai, Majalengka memiliki potensi wisata yang cukup besar. Potensi-potensi itu, tentunya mampu mendongkrak ekonomi masyarakatnya.
"Kalau kita lihat konteks, biasanya kan BPS menghitung namanya produk domestik regional bruto (PDRB). Diukur dalam pertumbuhan. Nah Pak Prabowo kan punya visi ke depan delapan persen," kata dia.
"Saya punya angka Majalengka. Majalengka itu memang belum sampai delapan. Yang sampai delapan itu Kuningan. Ini potensi nya belum apa-apa ini, masih baru. Kalau ini nanti banyak penginapan. Ini masih bisa dikembangkan, kata Fickry.
Terkait Pasar Pakuwon, Fickry menyebut masih banyak potensi yang perlu digali. Keterlibatan pemerintah, tentunya memiliki peran penting untuk mengembangkan event itu.
"Pasar pakuwon, itu kan kaya pasar wisata baru ya. Nanti mungkin bisa dikembangkan. Memang butuh sentuhan pemerintah. Gak bisa sendiri, swasta. Ini potensinya besar, tapi perlu didorong lah," jelas dia.
Desa wisata Bantaragung, termasuk di dalamnya Pasar Pakuwon membuktikan mampu mendongkrak ekonomi. Seiring berjalannya waktu, wisata tidak lagi hanya berimbas ke kelompok penggiat wisata saja.
"Keterlibatan masyarakat. Tadinya pariwisata mungkin Fokdarwis aja. Dan pemilik homestay. Tapi sekarang dengan adanya pasar, anak-anak muda sudah bertambah, sekitar 25 orang (dalam) sekali penyelenggaraan," kata Analis Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM, Keuangan Inklusif & Syariah Muhammad Harun Al Rasyid.
"Keikutsertaan itu juga jadi indikator yang sangat baik. Tadi kan pariwisata yang tadinya hanya dirasakan oleh anggota Fokdarwis, sekarang nambah ada 25 orang baru yang mendapatkan penghasilan," lanjut dia.