Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi mesin tekstil. IDN Times/Istimewa

Bandung, IDN Times - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah menyelenggarakan program restrukturisasi mesin atau peralatan pada industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Peremajaan mesin tersebut diharap bisa meningkatkan efisiensi hingga produksi industri TPT dalam negeri.

Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin, Reni Yanita mengatakan bahwa krisis global yang terjadi berdampak pada industri dalam negeri, salah satunya adalah sektor TPT. Ketegangan di sejumlah negara membuat ada penurunan permintaan di pasar dalam negeri.

"Pemerintah terus melakukan berbagai kebijakan baik berupa insentif fiskal maupun insentif non fiskal serta perlindungan industri dalam negeri baik melalui berbagai program, salah satunya program restrukturisasi mesin atau peralatan," kata Reni dalam diskusi di Kota Bandung, Rabu (17/7/2024).

1. Ekspor tekstil turun, tapi impor naik

Diskusi Kemenperin dengan pelaku usaha tekstil. IDN Times/Debbie Sutrisno

Menurutnya, industri TPT di tahun 2024 yang saat ini menghadapi tekanan akibat perlambatan perekonomian global, fluktuasi nilai tukar rupiah, impor ilegal dan impor dengan harga murah serta maraknya pemberitaan terkait pemutusan hubungan kerja.

Laju pertumbuhan industri TPT sampai dengan Triwulan I Tahun 2024 masih mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,64 persen (YoY) dan berkontribusi sebesar 1,02 persen terhadap PDB Nasional. Dari sisi ekspor, perlambatan perekonomian di pasar TPT mengakibatkan perlambatan ekspor sebesar minus 0,85 persen dari sebelumnya 4,69 miliar dolar AS, menjadi 4,66 miliar dolar AS. Namun, dari sisi impor meningkat 0,63 persen sehingga terjadi penurunan neraca perdagangan menjadi 1,54 miliar dolar AS.

Di sisi lain, investasi PMA untuk industri tekstil meningkat signifikan 111,28 persen hingga Triwulan I Tahun 2024, sedangkan untuk pakaian jadi meningkat 0,02 persen. Untuk Investasi PMDN pada industri pakaian kadi juga meningkat 80,42 persen, namun untuk industri tekstil mengalami penurunan sebesar 59,61 persen.

2. Targetkan ada 21 perusahaan ikut program peremajaan mesin

Ilustrasi buruh garmen (Dok. KemenkopUKM)

Program peremejaaan mesin, lajutnya, dilaksanakan sebagai salah satu insentif dalam rangka penyelamatan perekonomian nasional untuk meningkatkan kinerja industri TPT serta sebagai bagian dari implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0 melalui pemberian insentif investasi melalui peningkatan teknologi. Kegiatan ini berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian No. 20 Tahun 2024 sebagai pengganti dari Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 18 Tahun 2021.

Kemenperin mengadakan program ini dengan mempertimbangkan bahwa hasil evaluasi menunjukkan dampak positif terhadap kinerja industri penerima program maupun multiplier effect-nya terhadap perekonomian. Program ini juga menjadi salah satu upaya memperkuat struktur Industri TPT khususnya kain yang saat ini merupakan penyumbang defisit impor paling besar disektor TPT.

"Peremajaan mesin menjadi solusi terkait isu sustainability dan dekarbonisasi serta menjaga implementasi program “Citarum Harum” dan menjadi pendukung program susbtitusi impor serta upaya perbaikan struktural (structural adjustment) dalam pelaksanaan BMTP pada produk kain," kata dia.

Alokasi anggaran yang tersedia pada 2024 adalah sebesar Rp20,5 miliar dengan target perusahaan peserta program minimal 21 perusahan. Namun, jika peminat program melebihi dari alokasi awal, maka kami akan mengupayakan pembukaan blokir untuk penambahan anggaran menjadi Rp47 miliar untuk 59 perusahaan.

"Kami juga terus berupaya agar Program ini terus dilanjutkan sampai dengan tahun 2030 dengan jumlah anggaran yang lebih masif untuk mencapai jumlah mesin/peralatan yang direstrukturisasi lebih banyak serta menjangkau lebih banyak industri," kata dia.

3. Peremajaan mesin punya banyak manfaat

IDN Times/Debbie Sutrisno

Sementara itu, Legal PT Leuwijaya Utama Tekstil, Marnandi mengatakan bahwa program ini sangat bermanfaat. Perusahaannya sudah ikut serta pada tahun 2022 dan 2023 di mana mendapat bantuan mesin seharga Rp480 juta dan Rp500 juta.

"Kalau dapat mesin baru ini bagus buat industri teksil kaya di saya yang pencelupan banyak efisiensinya dibandingkan mesin lama," kata dia.

Menurutnya, banyak pabrik tekstil yang sekarang beroperasi khususnya di bidang pencelupan mesin dari tahun 1980-an. Kondisi ini jelas kurang bagus pada produksi dan efisiensi dibandingkan dengan mesin-mesin baru.

Dia pun memastikan akan coba ikut dalam program peremajaan tahun ini karena manfaatnya banyak dirasakan.

Editorial Team