Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Orang Tua Mesti Waspada Kecanduan Gawai Kurangi Minat Baca-Tulis Siswa

ilustrasi anak bermain gawai (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
Intinya sih...
  • Anak cenderung lebih suka bermain gawai daripada membaca buku
  • Orang tua mulai mengurangi waktu anak menggunakan gawai untuk mendorong minat membaca dan menulis
  • Pemerintah Kota Bandung siap menerapkan aturan larangan membawa ponsel ke sekolah untuk meningkatkan fokus belajar

Bandung, IDN Times - Fenomena penggunaan gawai pintar (gagdet) oleh anak usia pra sekolah hingga anak yang sudah bersekolah makin banyak baik di perkotaan maupun di pedesaan. Hal tersebut saat ini sudah dianggap lumrah karena orang tua yang memberikan gawai secara langsung pada anak. Di sisi lain, banyak anak yang tidak diberikan batasan waktu dalam bermain gawai sehingga durasi penggunaan bisa berjam-jam.

Kondisi ini jelas tidak baik karena penggunaan gawai memberikan dampak negatif pada anak dalam berbagai sisi dari segi emosial, sosial, hingga literasi kaitannya pada minat membaca dan menulis. Berbagai penelitian pun telah dilakukan yang hasilnya memperlihatkan bahwa penggunaa gawai berlebihan bisa mengurangi minat anak dalam belajar sehingga bisa berdampak pada kemampuan mereka dalam membaca maupun menulis.

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik terdapat data angka buka aksara di mana Provinsi Jawa Barat presentasenya pada 2024 mencapai 1,31 persen dari jumlah penduduk. Angka ini perlahan menurun dibandingkan dua tahun sebelumnya pada 2022 (1,38 persen) dan 2023 (1,36 persen).

Adapun dari seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat terdapat tiga daerah yang presentase angka melek huruf untuk anak 15 tahun ke atas masih rendah pada 2024 karena berada di bawah rata-rata, yaitu Indramayu hanya 93,26 persen, Cirebon 96,49 persen, dan Subang, 96,39 persen.

1. Anak sekarang lebih suka pegang ponsel

ilustrasi orang bermain gawai (pexels.com/Pixabay)

FA, salah satu siswa kelas 4 sekolah dasar di Bandung, mengaku dia lebih suka memegang gawai ketimbang membaca buku. Gawai lebih menyenangkan ketimbang membaca buku sehingga dia malas ketika harus diminta membaca, menulis, atau menghitung.

"Enakan pegang HP kan bisa lihat apa saja. Tinggal di-klik gampang," ujar FA kepada IDN Times, Jumat (4/7/2025).

FA memang sudah terbiasa memegang gawai sejak duduk di bangku sekolah dasar. Awalnya dia diberi gawai milik orang tuanya. Namun sekarang dia sudah punya sendiri. Meski kadang disimpan oleh ibunya karena terlalu sering bermain gawai, FA sesekali mengambil gawai milik kakek atau neneknya untuk bermain.

"Saya pakai buat main game aja," ungkap dia.

Dia menyebut bahwa membaca buku kadang membosankan karena mata harus lihat terus huruf. Berbeda dengan ponsel yang dipakai sudah bisa didengarkan dan langsung tahu apa yang dimaksud.

"Jadi lebih enak kalau pegang HP kan bisa tahu banyak juga," ungkapnya.

Penggunaan gawai sedari kecil juga sudah dirasakan KY. Siswa kelas 2 sekolah dasar ini sudah terbiasa memainkannya. Bukan hanya untuk bermain game, KY juga sering membuat aplikasi Tiktok dan menonton berbagai macam konten orang lain.

"Pake buat Tiktok juga sama main game juga," ungkapnya.

2. Mulai batasi anak pakai gawai

ilustrasi orang bermain gawai (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Sementara itu, orang tuas FA, SI, mengatakan bahwa dia sudah mulai mengurangi waktu anaknya untuk memegang gawai. SI sering memarahi FA agar bisa meletakan gawai tersebut dan belajar apa yang ditugaskan oleh guru di sekolah.

"Memang agak susah kalau buat larang. Jadi ya seperlunya sekarang dikurangi lah biar bisa lebih banyak main di luar juga atau belajar bersama di rumah," ujar SI.

Pengurangan penggunaan gawai pada anak juga coba dilakukan Tri. Salah satu orang tua yang anaknya sudah mulai masuk taman kanak-kanak ini tidak ingin memberikan waktu untuk anaknya menggunakan gawai secara berlebihan. Sempat memberinya untuk bermain game, Tri sekarang tidak memberikannya sama sekali agar anak tetap bisa bermain bersama teman lain atau sekedar bermain di rumah.

"Pokoknya sudah tidak dikasih dulu HP. Paling dikasih kalau kita lagi di luar rumah, kaya makan, atau jalan sebenarnya biar ga rewel," ungkap Tri.

Wanita 32 tahun ini juga sering membaca artikel yang menyebut bahwa anak dengan penggunaan gawai berlebihan bisa membuat mereka malas membaca atau menulis. Ini pula yang membuatnya tidak ingin sang anak memiliki gawai terlalu dini.

"Mungkin kalau sudah kelas 5 atau 6 SD, atau mungkin pas udah SMP lah bisa lah punya HP sendiri," paparnya.

3. Pemkot Bandung siap awasi penggunaan gawai siswa

ilustrasi gawai (pexels.com/Kaboompics)
ilustrasi gawai (pexels.com/Kaboompics)

Saat ini Pemerintah Kota Bandung tengah menyiapkan aturan agar siswa yang datang ke sekolah tidak membawa ponsel. Dengan harapan para siswa bisa lebih fokus untuk belajar ketimbang menggunakan ponsel selama proses belajar mengajar.

Wali Kota Bandung Muhammad Farhan memastikan kebijakan larangan membawa ponsel atau hp bagi siswa sekolah akan mulai diberlakukan pada tahun ajaran baru setelah Seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (SPMB) selesai. Saat ini, kebijakan tersebut masih dalam tahap kajian dan penyusunan Instruksi Wali Kota (Inwal).

“Kita akan terapkan mulai tahun pelajaran baru ya. Kita fokus dulu sama SPMB. Masih ada waktu tujuh hari lagi, mudah-mudahan semua berjalan lancar,” ujar Farhan.

Dia menjelaskan, kebijakan ini bertujuan menciptakan suasana belajar yang lebih kondusif tanpa gangguan gawai di ruang kelas, sekaligus menindaklanjuti instruksi dari Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Untuk memperkuat dasar kebijakan, Pemkot Bandung juga menggandeng akademisi dari perguruan tinggi untuk melakukan kajian lebih mendalam.

“Nanti begitu selesai SPMB, saya akan bicara dengan Disdik dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) karena ada beberapa kajian yang sedang kita pelajari,” jelas Farhan.

Share
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us