Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi ojol. (IDN Times/Sukma Shakti)
Ilustrasi ojol. (IDN Times/Sukma Shakti)

Intinya sih...

  • Sistem dianggap telah stabil dan adil bagi semua pihakSenada dengan Barissa, Hendry, Ketua Umum Baraya Batim Bikers (BBB), komunitas besar yang menaungi lebih dari 600 driver Grab di wilayah Bandung dan sekitarnya, menekankan bahwa sistem saat ini telah menciptakan ekosistem yang stabil bagi semua pihak.

  • Potongan 10 persen bisa ancam fasilitas yang diterima driverPandangan serupa disampaikan oleh Ardi Iswanto, Ketua Umum D.A.D Bandung. Menurut Ardi, sistem komisi bukan hanya soal potongan angka dari pendapatan, melainkan bentuk kontribusi yang dikelola kembali untuk mendukung keberlangsungan ekosistem transportasi daring.

  • Memastikan tidak semua driver online sep

Bandung, IDN Times – Gelombang penolakan terhadap wacana penurunan komisi aplikator dari 20 persen menjadi 10 persen tak hanya datang dari sedikit wilayah. Nyatanya, di Kota Bandung, sejumlah komunitas driver ojek online (ojol) justru menyampaikan sikap berbeda dari narasi yang berkembang di ruang publik.

Mereka menyatakan dukungan penuh terhadap skema komisi 20 persen yang selama ini diberlakukan oleh perusahaan aplikator.

Empat komunitas ojol dengan anggota yang cukup banyak, yakni Barrisa, Baraya Batim Bikers (BBB), D.A.D Bandung dan Generasi Online Independen Bandung (GOIB) menyatakan bahwa potongan komisi sebesar 20 persen tidak menjadi persoalan selama sistem berjalan baik dan mitra pengemudi mendapatkan manfaat langsung dari perusahaan aplikator.

Pernyataan tersebut mereka sampaikan secara tertulis kepada Kementerian Perhubungan sebagai bentuk sikap resmi dan kolektif dari driver-driver aktif di Bandung.

Ahmad Djuwendi, Ketua Umum Komunitas Barrisa, menegaskan bahwa potongan komisi bukanlah masalah selama mitra tetap mendapatkan pesanan yang stabil dan perhatian dari pihak aplikator terus berjalan.

“Selama ini kami masih bisa hidup dari orderan harian, dan sistem komisi 20 persen masih bisa kami terima. Itu adalah bentuk pembagian yang wajar, karena kami juga mendapat perlindungan berupa asuransi, akses ke layanan pelanggan, serta program-program GrabBenefits yang sangat membantu,” ujar Ahmad, dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Sabtu (19/7/2025).

Komunitas Barrisa sendiri terdiri dari puluhan pengemudi aktif yang masih setiap hari bekerja di jalanan Kota Bandung. Menurut Ahmad, banyak pengemudi yang justru terbantu dengan adanya sistem insentif dan dukungan komunitas yang dibiayai dari model komisi yang berlaku saat ini.

1. Sistem dianggap telah stabil dan adil bagi semua pihak

Dok. Grab Indonesia

Senada dengan Barissa, Hendry, Ketua Umum Baraya Batim Bikers (BBB), komunitas besar yang menaungi lebih dari 600 driver Grab di wilayah Bandung dan sekitarnya, menekankan bahwa sistem saat ini telah menciptakan ekosistem yang stabil bagi semua pihak.

“Komisi 20 persen bukan beban, tapi bagian dari model bisnis yang saling menguntungkan. Kami mendapatkan jaminan keamanan kerja, bantuan hukum ketika dibutuhkan, dan kejelasan sistem yang membuat kami bisa tenang bekerja,” kata Hendry.

Ia juga menyoroti bahwa banyak narasi yang berkembang soal ketidakadilan sistem seringkali datang dari pihak-pihak yang sudah tidak lagi aktif sebagai pengemudi, sehingga kurang memahami situasi terkini di lapangan.

2. Potongan 10 persen bisa ancam fasilitas yang diterima driver

GoSend (Dok. Gojek)

Pandangan serupa disampaikan oleh Ardi Iswanto, Ketua Umum D.A.D Bandung. Menurut Ardi, sistem komisi bukan hanya soal potongan angka dari pendapatan, melainkan bentuk kontribusi yang dikelola kembali untuk mendukung keberlangsungan ekosistem transportasi daring.

“Selama ini dana komisi itu kembali ke mitra dalam bentuk pelatihan berkala, kegiatan komunitas, layanan tanggap darurat, dan reward bagi driver berprestasi. Semua itu hanya mungkin ada jika perusahaan punya struktur finansial yang stabil. Potongan 10 persen bisa mengancam semua fasilitas itu,” tutur Ardi.

Sementara itu perwakilan komunitas Generasi Online Independen Bandung (GOIB), yang memiliki anggota aktif sebanyak 244 driver, Rizky Januar Saputra, menegaskan bahwa pengemudi online lebih membutuhkan kepastian sistem daripada janji potongan yang belum tentu menguntungkan dalam jangka panjang.

“Yang kami butuhkan adalah kestabilan platform. Selama aplikator bisa menjamin asuransi, program insentif, perlindungan hukum, dan pesanan tetap lancar, maka komisi 20 persen tidak jadi masalah. Bahkan, kami mendukung skema itu agar keberlangsungan ekosistem ini tetap terjaga,” tutur Rizky.

3. Memastikan tidak semua driver online sepakat dengan wacana penurunan komisi

Demonstrasi ojol di Palembang (IDN Times/Rangga Erfizal)

Keempat komunitas tersebut juga menyampaikan kritik terhadap adanya narasi yang mengatasnamakan seluruh driver online, padahal tidak semua dari mereka aktif menjalani profesi ini.

Mereka berharap Kementerian Perhubungan tidak hanya mengacu pada aspirasi yang viral di media sosial, melainkan membuka ruang diskusi yang lebih dalam dengan para mitra aktif yang bekerja setiap hari.

“Jangan sampai suara-suara yang sudah tidak lagi merasakan kerasnya jalanan lebih didengar daripada kami yang masih narik dari pagi sampai malam. Kebijakan harus lahir dari realita, bukan opini,” kata Rizky, menambahkan.

Ke depannya, mereka berharap agar Kementerian Perhubungan bersikap adil dan mengedepankan pendekatan berbasis data dan dialog terbuka. Aspirasi para mitra aktif, yang telah berkontribusi menjaga ekosistem transportasi digital tetap berjalan selama ini, perlu menjadi rujukan utama dalam setiap kebijakan.

Editorial Team