Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mulai Senin, Jalur Pendakian Gunung Ciremai Ditutup Sementara

ilustrasi menikmati sunrise (pexels.com/Cliford Mervil)

Kuningan, IDN Times-  Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) mengumumkan penutupan sementara seluruh jalur pendakian Gunung Ciremai yang terletak di wilayah Kuningan dan Majalengka. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya pemulihan ekosistem gunung.

Kepala BTNGC, Toni Anwar menyatakan, penutupan ini akan dimulai pada Senin, 28 Oktober 2024 dengan proses pemulihan yang akan berlangsung untuk jangka waktu tertentu.

Proses registrasi online untuk pendakian juga telah ditutup sejak Kamis, 24 Oktober 2024, guna memastikan bahwa tidak ada pendaki baru yang mendaftar selama periode penutupan ini.

Toni menekankan pentingnya dukungan dari para penggiat alam dan pecinta lingkungan dalam menjaga kelestarian Gunung Ciremai.

"Sebagai penggiat alam, pastinya kita paham terkait perlunya pemulihan ekosistem agar Gunung Ciremai tetap hijau dan lestari sehingga perlu dukungan dari semuanya untuk tetap menjaga dan mencintai lingkungan," kata Toni, Jumat (25/10/2024).

1. Pentingnya pemulihan ekosistem Gunung Ciremai

ilustrasi rombongan pendaki (unsplash.com/Alvaro Palacios)

Gunung Ciremai dengan ketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut, merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat dan termasuk salah satu gunung berapi aktif yang dikenal sebagai gunung stratovolcano.

Letaknya secara administratif mencakup wilayah tiga kabupaten, yaitu Kuningan, Majalengka, dan sebagian Cirebon. Kawasan ini merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) yang dibentuk untuk melindungi keanekaragaman hayati serta ekosistemnya yang kaya.

Hutan di sekitar Gunung Ciremai memainkan peran vital sebagai habitat berbagai spesies flora dan fauna, termasuk spesies yang dilindungi seperti lutung dan macan tutul Jawa.

Ekosistem ini juga menjadi sumber mata air yang sangat penting bagi masyarakat yang tinggal di wilayah sekitarnya.

Oleh karena itu, pemulihan ekosistem gunung tidak hanya berdampak pada konservasi flora dan fauna, tetapi juga memastikan ketersediaan sumber daya alam bagi kehidupan masyarakat.

Penutupan sementara jalur pendakian ini adalah salah satu bentuk upaya BTNGC dalam menjaga kelestarian lingkungan serta mengurangi dampak negatif dari aktivitas pendakian yang intens.

Selain memberikan kesempatan bagi ekosistem untuk pulih, tindakan ini juga menjadi pengingat bagi pendaki untuk tetap mematuhi aturan konservasi dan berkontribusi dalam menjaga kebersihan serta kelestarian kawasan gunung.

2. Gunung Ciremai sebagai destinasi pendakian

ilustrasi peralatan hiking (vecteezy.com/abdullah5048763400)

Gunung Ciremai telah lama menjadi salah satu destinasi favorit bagi para pendaki di Indonesia. Dengan pemandangan alam memukau, hutan yang masih asri, serta kawah besar dengan diameter sekitar 600 meter, Gunung Ciremai menawarkan pengalaman mendaki yang menantang namun penuh keindahan.

Gunung ini memiliki beberapa jalur pendakian yang terkenal, seperti Jalur Linggarjati, Jalur Apuy, Jalur Palutungan, dan Jalur Sadarehe.

Setiap jalur menawarkan pengalaman yang berbeda, mulai dari jalur curam dan menantang seperti Linggarjati, hingga jalur yang lebih ramah bagi pendaki pemula seperti Palutungan dan Apuy.

Namun, dengan meningkatnya minat terhadap pendakian, kondisi ekosistem di sekitar jalur pendakian seringkali mengalami tekanan.

Oleh karena itu, upaya penutupan dan pemulihan ekosistem ini menjadi penting guna memastikan kelestarian kawasan alam tersebut di masa depan.

Selain itu, BTNGC juga terus mengimbau agar pendaki selalu menjaga kebersihan, tidak meninggalkan sampah, serta mematuhi aturan-aturan yang berlaku selama mendaki.

3. Kawah Gunung Ciremai dan aktivitas vulkaniknya

ilustrasi tetap tenang (unsplash.com/Holly Mandarich)

Secara geologis, Gunung Ciremai merupakan gunung berapi aktif yang terakhir kali meletus pada tahun 1937. Kawah besar di puncaknya menjadi salah satu daya tarik utama bagi para pendaki, dengan diameter yang mencapai sekitar 600 meter.

Meskipun tergolong sebagai gunung berapi aktif, Gunung Ciremai belum menunjukkan aktivitas vulkanik yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir.

Meski demikian, para pendaki tetap diimbau untuk waspada terhadap kondisi cuaca dan situasi terkini sebelum memutuskan untuk mendaki gunung ini.

Dengan statusnya sebagai kawasan konservasi, Gunung Ciremai tidak hanya memiliki nilai ekologis yang tinggi, tetapi juga berfungsi sebagai sumber air bagi wilayah sekitarnya.

Hutan di kawasan gunung ini berperan penting dalam mengatur pasokan air, menjaga kelembaban tanah, serta berfungsi sebagai paru-paru bagi daerah tersebut.

Oleh sebab itu, menjaga kelestarian kawasan Gunung Ciremai menjadi tanggung jawab bersama, baik oleh pihak pengelola taman nasional, pendaki, maupun masyarakat umum.

Dengan dilaksanakannya penutupan jalur pendakian untuk sementara waktu, BTNGC berharap agar ekosistem Gunung Ciremai dapat pulih dari dampak aktivitas manusia dan kembali memberikan manfaat ekologis yang optimal.

Penutupan ini juga menjadi kesempatan bagi para pendaki dan masyarakat untuk lebih memahami pentingnya menjaga keseimbangan antara aktivitas alam dan manusia.

Pendakian gunung memang memberikan pengalaman fisik luar biasa, namun alangkah lebih baik jika pengalaman tersebut didapatkan tanpa merusak keindahan alam yang seharusnya kita jaga bersama.

Pemulihan ekosistem ini diharapkan dapat menjadi langkah awal menuju kesadaran yang lebih luas akan pentingnya menjaga alam, sehingga generasi mendatang juga bisa menikmati keindahan dan keanekaragaman yang ada di Gunung Ciremai.

Pihak BTNGC akan terus memantau perkembangan kondisi ekosistem di kawasan gunung dan membuka kembali jalur pendakian setelah proses pemulihan dianggap cukup.

Para penggiat alam dan pendaki diimbau untuk terus memantau informasi resmi dari BTNGC terkait pembukaan kembali jalur pendakian, serta tetap menjaga alam di setiap kesempatan.

Share
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us