Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Jenazah anggota TNI yang menjadi korban ledakan amunisi kedaluwarsa di Garut, Pratu Afrio Setiawan, saat diangkut dari Terminal Kargo Bandara Internasional Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara, Rabu (14/5/2025). Dok. Pendam XIII/Merdeka

Bandung, IDN Times - Mabes TNI Angkatan Darat (AD) masih belum menyampaikan penyebab utama terjadinya kecelakaan dalam peristiwa peledakan amunisi kedaluwarsa di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Senin (12/5/2025). Keterlibatan sipil yang direkrut oleh TNI AD menjadi perhatian khusus berbagai pihak. TNI AD pun didesak bertanggung jawab, dan tidak lagi melibatkan sipil dalam pekerjaan berbahaya itu.

Empat dari total 13 korban peristiwa itu merupakan anggota TNI, dan sisanya tercatat sebagai masyarakat sipil. Keempat anggota TNI ini yaitu Kolonel Cpl Antonius Hermawan; Mayor Cpl Anda Rohanda; Kopda Eri Dwi Priambodo; dan Pratu April Setiawan. Semuanya merupakan Tim Gupusmi 3 Jakarta.

Sementara sembilan warga sipil yang meninggal ialah Rustiawan yang berasal dari Kampung Cimerak, Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut. Korban kedua adalah Iyus, asal Kampung Cidahon, Desa Jatimulya, Kecamatan Pameungpeuk. Sementara korban ketiga bernama Anwar Munawar, warga Kampung Cikoneng, Desa Pameungpeuk, Kecamatan Pameungpeuk.

Selanjutnya, korban keempat yakni Endang Rahmat warga asal Kampung Ciudian, Desa Ciudian, Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut; korban kelima yakni Toto Hermanto warga Kampung Cimerak, Desa Sagara, Kecamatan Cibalong; selanjutnya korban atas nama Irfan Maulana warga Cimerak Desa Sagara Kecamatan Cibalong.

Korban lain yakni Agus Gustaman warga Cimerak Desa Sagara Kecamatan Cibalong; Yusrizal warga Kampung Cimerak Desa Sagara; dan Dadang Iis Kampung Sakamangan Desa Mekarwangi Kecamatan Cibalong.

TNI AD kini masih melakukan investigasi dan menyebut sudah melakukan pemeriksaan dan memintai keterangan terhadap 46 orang saksi guna mengetahui secara pasti penyebab peristiwa tersebut. Para saksi ini berasal dari warga sipil dan juga pihak internal TNI AD.

"Tim investigasi sudah meminta keterangan beberapa saksi, dari masyarakat ada 21 orang dan dari unsur TNI ada 25 orang," ucap Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat, Brigjen Wahyu Yudhayana melalui keterangan resmi yang diterima, Kamis (15/5/2025).

Selain memeriksa para saksi, TNI AD juga melakukan pencocokan keterangan saksi dengan fakta-fakta yang ada di lokasi kejadian. Selanjutnya, barang bukti yang kini sudah dikumpulkan nantinya akan dianalisis.

"Ada beberapa unsur yang perlu diuji, sehingga itu memerlukan waktu," kata dia.

Sebelum dilakukan investigasi, Wahyu sempat mengklaim jarak peledakan amunisi kedaluwarsa ini sangat jauh dari pemukiman warga. TNI juga mengklaim peledakan ini dilakukan sesuai Standard Operating Procedure (SOP).

Lalu seperti apa keterangan warga mengenai SOP dan jarak peledakan amunisi kedaluwarsa di lokasi? Apakah klaim TNI AD benar-benar bisa dipertanggung-jawabkan?

Berikut hasil reportase dari IDN Times di lapangan pada 13-14 Maret 2025.

1. Temuan langsung di lokasi: jarak peledakan tidak jauh dari pemukiman

(IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Area peledakan ini diapit oleh tiga rukun warga: RW 12, Kampung Cimerak; RW 13, Kampung Haminte; dan RW 14, Kampung Yayasan atau Pantai Cijeruk Indah. Pintu utama untuk masuk ke lokasi terletak di Jalan Raya Cikaengan-Pameungpeuk di mana ada sebuah plang yang bertuliskan "Dilarang Masuk Daerah Penghancuran Munisi Akfir Gupusmu III", disertai gambar tengkorak dan bendera merah.

Di sekitar area juga terdapat pertanian warga seperti jagung, padi, lahan karet dan satu warung milik warga. Akses jalan menuju lokasi tidak terlalu besar, hanya bisa dilalui satu mobil.

Terdapat pula beberapa jalan kecil yang bisa menyambungkan ke pemukiman warga, salah satunya kampus Cimerak. Adapun area peledakan ada di lahan milik BKSDA.

Sementara jarak antara perkampungan dengan lokasi peledakan cukup dekat. Jika diukur dengan garis lurus dari titik peledakan ke kampung warga berjarak 500-800 meter. Bahkan, itu tidak lebih daripada dua kilometer ke Kampung Yayasan, Kampung Cimerak.

"Kampung-kampung itu yang bersentuhan dengan areal peledakan," kata Kepala Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Sagara, Doni David.

IDN Times pun sempat melihat langsung titik peledakan saat pemakaman jenazah korban bernama Toto Hermanto di TPU Haminte. Dari TPU, siapa pun bisa melihat jelas titik peledakan ini. Bahkan, ada jalan kecil yang bisa menembus area peledakan dan tidak dijaga dengan ketat.

2. TNI AD libatkan warga sipil termasuk sembilan orang korban sipil

Editorial Team

Tonton lebih seru di