Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
antarafoto-pemakaman-jenazah-korban-longsor-di-tapanuli-selatan-1764587195.jpg
Warga memikul jenazah korban longsor untuk dimakamkan di Kampung Duren, Desa Batu Godang, Kecamatan Angkola Sangkunur, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Minggu (30/11/2025). (ANTARA FOTO/Yudi Manar)

Intinya sih...

  • Banjir dan longsor di Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Aceh merusak infrastruktur pemerintah serta menelan korban ratusan orang.

  • Menteri PU Dody Hanggodo menyatakan butuh waktu bertahun-tahun untuk memperbaiki jalan dan jembatan yang rusak akibat bencana.

  • Kementerian PU fokus melakukan perbaikan jalan dan jembatan agar arus logistik bisa berjalan, sementara BNPB mencatat total korban meninggal dunia mencapai 604 jiwa.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Banjir dan longsor disertai potongan kayu atau bencana ekologis di Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Aceh turut merusak infrastruktur pemerintah. Peristiwa yang terjadi pada bulan November ini telah menelan korban ratusan orang, dan membuat banyak jembatan rusak, dan jalan tertutup hingga buntu.

Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, butuh waktu tahunan untuk memperbaiki infrastruktur jalan dan jembatan di daerah tersebut.

"Banyak banget (jembatan dan jalan yang rusak), rehabilitasi rekonnya mungkin perlu bertahun-tahun," ucap dia seusai bertemu Dody di Gedung Sate, Rabu (3/12/2025).

1. Wilayah Aceh masih banyak daerah buntu

Banjir Sumatera, Source; BNPB

Dody mengatakan, petugas di lapangan masih terus berupaya memperbaiki jembatan dan jalan yang rusak sehingga membuat akses terputus. Ia berharap beberapa hari ke depan akses jalan sudah dapat diperbaiki.

"Aceh-Tamiang masih buntu tuh, Sibolga sudah mulai terbuka. Kami sekarang fokus ke Aceh Tamiang dan Tapanuli Selatan," kata dia.

3. Kementerian pastikan anggaran perbaikan sudah siap

Foto udara antrean kendaraan warga melintasi jalan kawasan permukiman Jorong Kayu Pasak yang rusak akibat banjir bandang di Nagari Salareh Aia, Palembayan, Agam, Sumatera Barat, Minggu (30/11/2025). (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)

Kementerian PU, kata Dody, saat ini tengah fokus melakukan perbaikan jalan dan jembatan agar arus logistik bisa berjalan. Doddy mengatakan masih banyak masyarakat yang kesulitan memperoleh pangan dan stok bahan pokok menipis.

Ia memastikan anggaran untuk perbaikan bencana akan digelontorkan. "Berapa yang dibutuhkan kita ada," kata dia.

3. Ratusan orang meninggal akibat peristiwa ini

Kayu gelondongan terbawa arus banjir di Sumatera (dok. tangkapan layar di sosial media)

Untuk diketahui, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperbarui data Senin (1/12/2025) pukul 17.00 WIB, total korban meninggal dunia akibat bencana banjir dan longsor di Sumatera mencapai 604 jiwa. Selain itu, 468 jiwa masih dinyatakan hilang.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, di Jakarta, Selasa (2/12/2025), adapun rinciannya, di Sumatera Utara sebanyak 283 meninggal, 173 hilang; di Aceh sebanyak 156 meninggal dunia dan 181 orang hilang; dan di Sumatra Barat tercatat 165 jiwa meninggal dunia dan 114 orang masih hilang.

Abdul menjelaskan, di Sumatra Utara, pengungsi tersebar di beberapa titik, antara lain 15.765 jiwa di Tapanuli Utara, 2.111 jiwa di Tapanuli Tengah, 1.505 jiwa di Tapanuli Selatan, 4.456 jiwa di Kota Sibolga, 2.200 jiwa di Humbang Hasundutan, dan 7.194 jiwa di Mandailing Natal.

Editorial Team