Patung perempuan adat Sunda Wiwitan di lingkungan pemukiman adat Paseban Tripancatunggal Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. (IDN Times/Wildan Ibnu)
Ketertarikannya terlibat aktif di Komnas Perempuan, Kanti ingin menyampaikan bahwa kapasitas perempuan di ranah publik tidak hanya diukur sebagai gender semata. Lebih dari itu, feminisme lebih punya kesadaran kuat pada ibu bumi (tanah air).
Menurut perempuan kelahiran 1975 itu, perempuan dan alam memiliki ikatan yang sangat kuat. Ketika perempuan tidak mampu mempertahankan tanah sebagai alat produksinya, maka akar bangsa ini akan menjadi rusak. Perempuan lebih dekat alam untuk keberlangsungan kehidupan.
Seperti contoh, sang ibu lebih tahu mana makanan yang cocok dikonsumsi untuk menjaga kesehatan dirinya, pertumbuhan janin, proses melahirkan, hingga membesarkan anak-anaknya.
“Alam dan perempuan punya ikatan magis-religius. Kalau perempuan tidak mampu mempertahankan tanah air, bangsa ini akan menjadi rusak,” ujarnya.
Lebih dalam Kanti menjelaskan, alam dengan sumber daya memiliki keterbatasan. Apabila sumber-sumber kehidupan itu habis, keberlangsungan hidup manusia terancam. Sebab, alam tidak bisa dibeli uang.
Pembangunan nasional melibatkan masyarakat adat yang teguh melestarikan lingkungan menjadi penting untuk arah kebijakan pemerintah. Selama ini, pemerintah hanya menitikberatkan pada pendekatan investasi, namun justru mengabaikan prinsip ekologis.
Kanti tidak menampik jika selama ini Komnas Perempuan lebih banyak berfokus menangani masalah perempuan yang berkaitan di ranah privat: pelecehan dan kekerasan seksual, ketidakadilan gender, dan sebagainya. Akan tetapi, dia menawarkan alternatif lain yaitu berfokus menyikapi masalah perempuan berhadapan dengan pembangunan.
Dia mengaku sedang memetakan konsep "keibu-bumian" sebagai daya juang terhadap persoalan pembangunan. Dengan cara demikian, secara langsung atau tidak akan berdampak pada perempuan adat.
“Untuk itu kami (Komunitas Sunda Wiwitan) di sini (Komnas Perempuan) menggunakan pendekatan kultural yang tidak frontal, mencoba memberikan pendekatan budaya dan sistem nilai kearifan lokal. Kesadaran menjaga tanah air yang berkarakter ini sangat vital bagi perempuan,” terang Kanti.