Bandung, IDN Times – Atasi Amin mengantar Saya masuk ke dalam Ruang Carolus 3-315, Rumah Sakit Santo Borromeus, Kota Bandung, tempat di mana bapaknya terbaring karena berbagai penyakit pada Rabu (24/7). Dia adalah putra sulung dari Maestro Seni Lukis Indonesia, Jeihan Sukmantoro, 81 tahun, yang mesti dibawa ke rumah sakit setelah pendarahan pekan lalu.
Atasi masuk dan menyibak gorden dalam ruangan, yang membatasi Jeihan dan sofa ruang inap VIP itu. Sang maestro terbaring di sana ditemani putra ketiganya. Ia tertidur pulas, dengan badan meringkuk ke arah kiri dan selimut yang hanya menutupi sebagian badannya. “Iya, beginilah kondisi bapak, sudah menghabiskan banyak labu darah,” kata Atasi.
Sinar matahari yang menyelinap masuk ke dalam ruangan ternyata membangunkan Jeihan. Ia langsung menutup mata dengan lengannya, sambil meminta Atasi menutup kembali gorden itu dengan suaranya yang tak jelas.
Setelah tahu bahwa ada pewarta dalam ruangannya, Jeihan memaksa duduk. Tapi tubuhnya terlalu ringkih untuk beranjak dari tidur. Alih-alih kembali istirahat, Jeihan malah meminta sulungnya mengambilkan kacamata. Ia terlihat sangat ingin berbicara kepada Saya.
“Jadi beginilah, saya berjalan sepuluh langkah kemudian ambruk. Anak-anak bawa saya ke sini,” kata Jeihan, dengan suaranya yang parau, memulai wawancara selama 23 menit dengan IDN Times Jabar.