Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-07-04 at 2.14.35 PM.jpeg
Kegiatan Rumah Zakat dalam mendukung Palestina. IDN Times/Istimewa

Intinya sih...

  • 66 anak Palestina meninggal akibat kekurangan gizi parah di Gaza

  • Israel dituduh memakai kelaparan sebagai senjata untuk memusnahkan warga sipil

  • Ibu hamil di Gaza juga mengalami kekurangan gizi, menyebabkan kematian janin dan bayi baru lahir

Bandung, IDN Times - Penyerangan terhadap masyarakat di Palestina kembali dilakukan pemerintah Israel. Korban terus berjatuhan di sana dan kelaparan pun semakin meluas.

Di tengah gempuran tersebut, masyarakat di seluruh dunia termasuk di Indonesia harus memperkuat solidaritasnya bagi warga Palestina yang berada di Gaza. Ini pula yang dilakukan Rumah Zakat dengan mengumpulan donasi dan berdoa bersama bagi Palestina.

CEO Rumah Zakat Irvan Nugraha mengatakan, kegiatan doa bersama untuk Palestina menjadi bagian paling reflektif dari perayaan milad ke-27. Rumah Zakat ingin menunjukkan solidaritas yang tak terputus terhadap penderitaan rakyat Palestina, sembari memperkuat semangat spiritual dan kemanusiaan di tengah masyarakat Indonesia.

"Kami sangat bersyukur atas setiap langkah kebaikan yang telah kita tempuh bersama. Kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada Rumah Zakat selama ini merupakan amanah mulia yang akan kami jaga sekuat tenaga. Semoga langkah-langkah kecil kita bersama dapat menghadirkan kebahagiaan, tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat,” ujar Irvan melalui siaran pers diterima IDN Times, Jumat (4/7/2025).

Dia memastikan Rumah Zakat berkomitmen untuk terus memperluas dampak sosial, memperkuat kolaborasi lintas sektor, serta menjadi mitra strategis dalam pembangunan manusia Indonesia yang lebih mandiri dan sejahtera.

"Kami meyakini bahwa setiap bentuk kebaikan yang dilakukan bersama akan menjadi cahaya harapan bagi mereka yang membutuhkan, sekaligus menjadi amal jariyah bagi para dermawan yang mempercayakan sebagian rezekinya untuk kebermanfaatan umat," papar Irvan.

1. Anak-anak masih jadi korban keganasan di Palestina

Bendera Palestina (unsplash.com/Moslem Danesh)

Sedikitnya 66 anak-anak Palestina telah meninggal dunia akibat kekurangan gizi parah di Jalur Gaza. Wilayah Palestina tersebut telah menghadapi krisis makanan, pasokan medis dan susu formula bayi akibat blokade Israel sejak Oktober 2023.

Dilansir dari Anadolu, Kantor Media Pemerintah Gaza menyatakan bahwa sedikitnya tiga bayi tewas pekan ini. Jouri al-Masri, yang berusia 3 bulan, meninggal pada Kamis (26/6/2025) di Deir al-Balah setelah keluarganya tidak dapat memperoleh susu terapi khusus yang dibutuhkannya.

Pada hari yang sama, Nidal Sharab yang berusia 5 bulan dan Kinda al-Hams yang berusia 10 hari meninggal di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis. Keluarga mengatakan bahwa kematian mereka disebabkan oleh malnutrisi parah dan kelangkaan pasokan medis.

2. Israel dituduh gunakan kelaparan sebagai senjata untuk memusnahkan warga sipil

Anak-anak yang membawa Bendera Palestina(pixabay.com/hosnysalah)

Kantor Media Pemerintah Gaza menyatakan bahwa penutupan total perbatasan oleh Israel dan larangan masuknya susu formula serta suplemen gizi sebagai penyebab meningkatnya angka kematian. Pihaknya memperingatkan bahwa bayi, anak-anak, dan orang sakit adalah kelompok yang sangat rentan.

“Tindakan ini merupakan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, serta mengungkap penggunaan kelaparan secara sengaja oleh pendudukan Israel sebagai senjata untuk memusnahkan warga sipil, khususnya anak-anak, dalam pelanggaran terang-terangan terhadap hukum humaniter internasional dan Konvensi Jenewa,” kata kantor tersebut dalam sebuah pernyataan, seraya mengecam sikap diam komunitas internasional.

Pihaknya menyatakan bahwa Israel bertanggung jawab sepenuhnya atas situasi ini, sementara Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, dan Jerman dianggap turut terlibat dalam tindakan genosida di Gaza melalui dukungan mereka terhadap Israel.

3. Ibu hamil juga mengalami kekurangan gizi

Photo ilustrasi pembela palestina. Sumber photo:pexels

Menurut Direktur Jenderal Rumah Sakit Lapangan di Kementerian Kesehatan Gaza, Marwan Al-Hams, sedikitnya 144 anak meninggal di unit perawatan neonatal, 206 janin gugur di dalam kandungan, 18 bayi baru lahir meninggal setelah dilahirkan, dan tercatat 58 kasus cacat lahir. Lebih dari 2.100 kasus keguguran terjadi antara Januari hingga Mei.

“Sebanyak 56 persen perempuan hamil di sektor ini menderita kekurangan gizi,” kata Al-Hams, seraya memperingatkan bahwa angka kematian ibu dan janin akan semakin meningkat seiring dengan memburuknya kondisi kesehatan dan gizi.

Sistem kesehatan di Gaza yang telah lumpuh akibat serangan Israel kini dihadapkan pada kekurangan 55 persen obat-obatan serta perlengkapan medis, ditambah kelangkaan bahan bakar yang kian memburuk.

"Hanya sedikit pasokan yang masuk, dan itu pun hanya digunakan untuk menyelamatkan nyawa, tanpa cadangan strategis di rumah sakit," ujar Al-Hams, dikutip dari The New Arab.

Editorial Team