Masuk Musim Hujan, Beberapa Titik di Cirebon Masih Krisis Air Bersih

Cirebon, IDN Times - Permintaan air bersih di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, masih tinggi meskipun wilayah tersebut telah memasuki musim hujan.
Intensitas hujan yang mulai meningkat ternyata belum mampu mencukupi kebutuhan masyarakat akan air bersih, terutama di daerah-daerah yang terdampak kekeringan selama kemarau panjang.
1. Puluhan ribu orang kekurangan air bersih
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon memutuskan untuk memperpanjang penyaluran bantuan air bersih hingga akhir November 2024.
Keputusan ini diambil berdasarkan laporan dari pemerintah desa yang terus mengajukan permohonan bantuan, serta fakta di lapangan menunjukkan banyak masyarakat masih kekurangan air bersih.
"Saat ini permintaan air bersih masih cukup tinggi. Bahkan, beberapa desa baru mengajukan permohonan tambahan bantuan. Oleh karena itu, pengiriman air bersih diperpanjang hingga akhir bulan ini," ujar Sub. Koordinator Ahli Muda BPBD Kabupaten Cirebon, Juwanda, Kamis (14/11/2024).
Hingga awal November, BPBD Kabupaten Cirebon mencatat ada tiga desa yang mengajukan permohonan bantuan air bersih, yakni Desa Kalitengah, Desa Sinarancang, dan Desa Walahar. Dengan penambahan ini, total desa yang membutuhkan bantuan air bersih mencapai 18 desa tersebar di enam kecamatan.
Menurut Juwanda, jumlah warga terdampak kekurangan air bersih mencapai 14.460 kepala keluarga (KK) atau sekitar 45.864 jiwa. BPBD telah mendistribusikan sebanyak 288.000 liter air hingga 4 November 2024.
Desa Pamengkang di Kecamatan Mundu menjadi salah satu wilayah yang paling banyak menerima bantuan, dengan total distribusi mencapai 4.000 liter.
"Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa intensitas hujan masih belum merata. Beberapa wilayah sudah mulai menerima hujan, tetapi belum cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat, terutama untuk kebutuhan sehari-hari," ujar Juwanda.
2. Dilanjutkan hingga akhir November 2024
Meskipun musim hujan telah dimulai, distribusi curah hujan di Kabupaten Cirebon tidak merata. Hal ini menyebabkan sejumlah wilayah masih mengalami kesulitan mendapatkan air bersih.
Beberapa desa yang berada di wilayah dataran tinggi dan jauh dari sumber air masih mengandalkan bantuan dari BPBD.
"Pimpinan kami melihat fakta di lapangan, di mana kebutuhan air bersih masyarakat masih sangat tinggi. Karena itu, kami memutuskan untuk tetap melanjutkan distribusi air bersih hingga akhir November," ungkap Juwanda.
Situasi tahun ini sebenarnya lebih baik dibandingkan 2019, di mana kemarau panjang yang terjadi saat itu masuk kategori ekstrem.
Pada 2019, kekeringan menyebabkan krisis air bersih yang meluas di banyak wilayah. Tahun ini, meskipun kemarau tidak terlalu parah, dampaknya masih dirasakan oleh masyarakat, terutama di daerah yang sulit mengakses sumber air.
BPBD Kabupaten Cirebon telah menjadwalkan pengiriman bantuan air bersih secara rutin sejak kemarau dimulai.
Awalnya, distribusi dijadwalkan berakhir pada September 2024. Namun, permintaan yang terus meningkat membuat distribusi diperpanjang hingga Oktober, dan kini sampai November.
"Biasanya kami menjadwalkan distribusi bantuan sebulan sekali. Namun, situasi ini sangat dinamis. Permintaan dari desa-desa terus bertambah, sehingga kami menyesuaikan jadwal dan volume distribusi sesuai kebutuhan," tutur Juwanda.
BPBD juga mengerahkan seluruh sumber daya yang dimiliki untuk memastikan distribusi berjalan lancar. Armada tangki air dikerahkan ke desa-desa yang paling membutuhkan. Pemerintah desa juga dilibatkan dalam pendataan kebutuhan air bersih agar bantuan dapat tepat sasaran.
3. Siapkan langkah antisipasi bencana hidrometeorologi
Selain fokus pada penyaluran bantuan air bersih, BPBD Kabupaten Cirebon juga telah menyiapkan langkah-langkah kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi di musim hujan.
Beberapa jenis bencana yang diantisipasi meliputi banjir, rob, tanah longsor, dan angin puting beliung.
"Kami sudah mempersiapkan regulasi dan langkah-langkah mitigasi bencana. Tim kami juga terus melakukan koordinasi dengan pemerintah desa dan masyarakat untuk meminimalkan dampak bencana yang mungkin terjadi," tutur Juwanda.
Langkah antisipasi ini sangat penting mengingat beberapa wilayah di Kabupaten Cirebon rawan terhadap bencana banjir dan tanah longsor, terutama jika curah hujan meningkat tajam dalam waktu singkat.
Warga yang terdampak kekurangan air bersih berharap pemerintah terus memberikan perhatian terhadap kebutuhan mereka. Salah satu warga Desa Kalitengah, Sulastri (45 tahun), menyampaikan rasa syukur atas bantuan air bersih yang diberikan.
"Kami sangat terbantu dengan adanya bantuan air bersih ini. Meski sudah mulai hujan, sumur di kampung kami belum terisi penuh, jadi air bersih masih sulit didapat," katanya.
Pemerintah Kabupaten Cirebon juga berharap distribusi air bersih yang dilakukan hingga akhir November dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sebelum hujan mulai merata. Dengan pendekatan yang terstruktur dan kolaboratif, pemerintah optimistis masalah kekurangan air bersih dapat diatasi secara bertahap.
"Kami berharap hujan segera merata di semua wilayah. Namun, selama masyarakat masih membutuhkan, kami akan terus menyalurkan bantuan air bersih," ujar Juwanda.
Meski tantangan masih ada, langkah proaktif BPBD Kabupaten Cirebon memberikan harapan bagi masyarakat untuk menghadapi sisa musim hujan ini dengan lebih baik.