Cirebon, IDN Times - Sebanyak 2.000 pengendara ojek online di Cirebon, Jawa Barat akan mengepung Polres Cirebon Kota, Batalyon Cirebon, dan Polresta Cirebon, untuk menyampaikan protes terkait tewasnya pengendara ojol yang dilindas kendaran Brimob, Sabtu (30/8/2025) siang.
Massa yang tergabung dalam Aliansi Online Cirebon Bersatu ini merupakan gabungan berbagai komunitas di wilayah Cirebon dan sekitarnya.
Massa akan berkumpul di Alun-alun Kejaksan, sebelum bergerak menuju beberapa titik aksi yakni Markas Polres Cirebon Kota, Batalyon C Pelopor Brimob, dan Markas Polresta Cirebon.
Koordinator aksi, Tryas Mockhamad Purnawarman menegaskan, aksi ini merupakan bentuk solidaritas atas kehilangan salah satu rekan mereka yang meninggal dunia. “Kami menuntut keadilan dan pertanggungjawaban penuh atas kejadian yang telah merenggut nyawa saudara kami,” kata Tryas, Sabtu (30/8/2025).
Aliansi Online Cirebon Bersatu memaparkan empat tuntutan utama yang akan disuarakan dalam aksi. Pertama, mengusut tuntas secara transparan dan menyeret ke pengadilan seluruh personel yang terlibat dalam pengoperasian kendaraan Brimob pada saat kejadian. Aliansi menegaskan, tidak boleh ada manipulasi ataupun rekayasa dalam proses hukum.
Kedua, mereka mendesak negara memberikan pertanggungjawaban penuh kepada keluarga korban. Aliansi menilai santunan saja tidak cukup, melainkan harus ada pengakuan resmi bahwa peristiwa tersebut merupakan pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia.
Ketiga, aliansi menuntut reformasi total terhadap kultur aparat kepolisian, khususnya Brimob. Menurut mereka, institusi kepolisian seharusnya kembali pada fungsi utama sebagai pelindung masyarakat, bukan menjadi ancaman bagi keselamatan rakyat.
Keempat, mereka menyuarakan tuntutan yang paling keras, yakni mendesak pencopotan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri). Bagi massa aksi, kejadian yang menimpa pengemudi ojek online adalah bukti kegagalan kepemimpinan Polri dalam melindungi warga sipil.
Aliansi menilai tragedi ini bukan sekadar insiden lalu lintas biasa. Mereka menyebutnya sebagai kejahatan kemanusiaan yang mencoreng wajah institusi kepolisian.
Karena itu, aksi unjuk rasa akan difokuskan untuk menekan aparat agar membuka fakta secara transparan, sekaligus mengingatkan setiap nyawa rakyat wajib dilindungi.
“Brimob dan institusi kepolisian harus kembali kepada jati dirinya sebagai pelindung, bukan pembunuh rakyat,” kata Tryas.