Bandung, IDN Times - Massalnya pemakaian kemasan plastik masih menjadi masalah hingga saat ini. Jalan keluar dari situasi ancaman lingkungan ini tidak hanya harus dilakukan oleh masyarakat sebagai pengguna, melainkan juga produsen sebagai penyedia barang konsumen.
Misalnya yang dilakukan oleh PT Unilever Indonesia, di mana memperhatikan dampak operasional bisnisnya terhadap lingkungan. Salah satu komitmen emiten konsumer ini adalah untuk meminimalisir pemakaian kemasan plastik melalui berbagai macam metode.
Pada 2023, mereka mengumpulkan dan memproses lebih dari 56.000 ton plastik, lebih dari yang perusahaan tersebut gunakan untuk menjual produk-produknya. Hal ini dicapai melalui berbagai inisiatif Bank Sampah dan RDF (refuse-derived fuel).
Head of Sustainability and Corporate Affairs Unilever Indonesia Nurdiana Darus mengatakan, pengurangan penggunaan plastik merupakan wujud aksi nyata perusahaan demi operasional bisnis yang berkelanjutan.
Hal tersebut dikemukakan Nurdiana di sela sesi one-on-one Sustainability Action for Future Economy (SAFE) 2024. Ia juga mengutarakan, pengurangan plastik adalah satu dari empat fokus Unilever di dalam mengintegrasikan dan mengarusutamakan aspek-aspek keberlanjutan.
“Dalam era ketiga ini, kami benar-benar lebih fokus kepada empat issue, ada climate, plastic, nature, livelihood,” ujar Nurdiana di sela pergelaran SAFE 2024, Jakarta, Rabu (7/8/2024)